28 Mei 2010

Perpustakaan On-Line "Labs Lib"


Pada tanggal 17 Mei 2010 lalu, Penulis di beri kesempatan untuk megadakan observasi langsung mengenai penggunaan SIM (Sistem Informasi Manajemen) di Perpustakaan SMP-SMA Labschool Jakarta, berikut ini laporannya.
Perpustakaan SMP-SMA Labschool Jakarta sudah menggunakan SIM secara komputerisasi. Komputerisasi yang dimaksud disini adalah dipakainya komputer dalam setiap tahap pekerjaan perpustakaan secara terintegrasi dengan menggunakan sistem tertentu. Mulai dari tahap pengembangan, pengolahan, penelusuran sampai dengan peminjaman dan pengembalian koleksi perpustakaan dikerjakan dengan sistem komputer yang sama.
Dengan penerapan komputerisasi ini memberikan kemudahan proses peminjaman sehingga akan membuat siswa senang berkunjung ke perpustakaan. Apalagi bila proses cepat dan mudah dalam pencarian dan peminjaman koleksi maka siswa akan semakin senang untuk mengunjungi perpustakaan.
Perpustakaan ini kini sudah menerapkan perpustakaan on-line atau perpustakaan berbasis web. Hal ini berarti pengunjung perpustakaan dapat mencari data-data buku secara on-line sehingga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Penerapan perpustakaan on-line ini baru dilaksanakan pada 3 bulan terakhir ini.
Software yang digunakan oleh perpustakaan ini ialah Senayan Library Management System. Senayan merupakan salah satu software perpustakaan berbasis web yang dapat digunakan sebagai perangkat lunak untuk membangun otomasi perpustakaan. Perangkat lunak berbasis web saat ini karena aplikasi jenis ini memungkinkan perpustakaan mendekatkan berbagai produk layanannya dengan pengguna perpustakaan. Dengan jenis aplikasi ini pengguna dapat mengakses layanan perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan karena pengguna dapat mengakses layanan yang disediakan perpustakaan melalui web atau portal perpustakaan.
Senayan di produksi oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan maka Senayan mampu mempermudah kegiatan administrasi perpustakaan. Kegiatan pengolahan, peminjaman, pengembalian, pemesanan koleksi, penyiangan, manajemen anggota, fasilitas pencetakan barcode (barcode koleksi dan anggota) serta berbagai jenis laporan Senayan dapat membantu sekolah untuk membuat kebijakan pengadaan atau sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan suatu kebijakan bagi perpustakaan. Semua kegiatan ini mungkin dilakukan dengan menggunakan menu-menu yang ada di Senayan. Menu-menu yang ada di Senayan antara lain menu bibliografi, sirkulasi, keanggotaan, OPAC (online public access catalog), stocktake (penyiangan), manajemen dokumen, system, dan laporan.
Dalam hal pengelolaan perpustakaan on-line, sedikit berbeda dengan perpustakaan biasa, yakni seluruh komunikasi yang ada, sangat bergantung kepada user, sehingga seluruh fasilitas untuk mengakses data, seluruhnya sudah ditampilkan di dalam menu. Petugas perpustakaan hanya menjaga lalulintas komunikasi apabila terjadi, untuk keperluan pencarian buku yang belum ada atau untuk menerima masukan-masukan akan kemajuan perpustakaan. Petugas perpustakaan akan meng-upload data-data yang baru.
Pengembangan perpustakaan digital atau e-library bagi tenaga pengelola perpustakaan dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi sistem otomasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi sistem otomasi perpustakaan menitikberatkan pada bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara otomatis/ terkomputerisasi. Sedangkan bagi pengguna perpustakaan dapat membantu mencari sumber-sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan catalog on-line yang dapat diakses melalui intranet maupun internet, sehingga pencarian informasi dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun ia berada.
Dengan dikembangkan perpustakaan yang berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi (ICT based) baik dalam sistem informasi manajemen (SIM) perpustakaan maupun digital library, maka dapat memberikan kenyamanan kepada anggota perpustakaan juga memberikan kemudahan kepada tenaga pustakawan dan pengelola perpustakaan baik dalam layanan maupun pengolahan dan sekaligus kemudahan untuk menerapkan strategi-strategi pengembangan perpustakaan serta dapat meningkatkan citra dalam memberikan layanannya terhadap pemakai di lingkungannya.
Tujuan penerapan teknologi informasi di perpustakaan adalah memungkinkan ketersediaan informasi yang lebih banyak, lebih berkualitas, lebih cepat, dan akurat disamping mempermudah sistem pelayanan. Pemanfaatan teknologi modern itu diharapkan dapat memperbaiki kinerja perpustakaan dan meningkatkan kepuasan pengguna/pengunjung.
Dengan adanya perkembangan teknologi semuanya akan terasa lebih mudah termasuk dalam penelusuran buku yang dapat menggunakan komputer.
Dengan adanya fasilitas komputer maka akan bisa dikembangkan dengan jaringan internet, sehingga semua kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dibantu penyelesaiannya dengan menggunakan internet. Perpustakaan ini juga menyediakan fasilitas internet untuk pengguna/ pengunjung.
Namun, dalam penggunaan teknologi ini masih terdapat kelemahannya yaitu sistem ini sangat tergantung jaringan internet. Jika jaringan terputus, maka secara otomatis website perpustakaan tidak dapat dibuka sehingga menyulitkan staf yang ingin membukanya. Selain itu penggunaan komputerisasi memungkinkan terjadinya serangan virus komputer yang dapat menghilangkan data-data penting sehingga pengelola perpustakaan harus menyiapkan proteksi anti virus yang harus selalu di update.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai perpustakaan on-line ini, silakan kunjungi website perpustakaan ini di : www.labslib.phpnet.us
Daftar Pustaka:
www.labschool-sch.id (website resmi Labschool)
www.labslib.phpnet.us (website resmi Perpustakaan SMP-SMA Labschool Jakarta)

Tags: e-library, perpustakaan sekolah modern, teknologi perpustakaan, observasi perpustakaan

16 Mei 2010

Fenomena 'Pengumuman Kelulusan UN'

Pengumuman ujian nasional tingkat SMA baru saja diselenggarakan pada 26 April 2010 lalu. Faktanya angka lulusan siswa menurun empat persen dari tahun lalu, yakni dari 93,74 persen menjadi 89,88 persen*. Ada apakah sebenarnya dengan ujian nasional kita yang selalu menjadi momok yang menakutkan bagi para siswa. Mungkin karena ujian nasional dijadikan persyaratan kelulusan bagi siswa sehingga menimbulkan rasa takut sampai menimbulkan stres dalam diri siswa.

Pada tahun ini, siswa yang tidak lulus mendapat kesempatan untuk mengulang ujian, namun hal tersebut masih belum dapat melegakan para siswa yang tidak lulus. Para siswa yang tidak lulus tetap mengalami guncangan yang hebat. Hal ini dikarenakan kurang siapnya mental para siswa dalam menerima kenyataan bahwa ia tidak lulus ujian nasional. Faktor lain yang membuat siswa mengalami keguncangan ialah karena ia merasa malu dengan teman-temannya atau takut dimarahi oleh orang tuanya karena dianggap mencoreng nama keluarga.

Lain lagi dengan para siswa yang lulus ujian nasional, mereka merayakannya dengan corat-coret dimana-mana tau konvoi kendaraan di jalanan yang mengganggu orang lain. Fenomena-fenomena inilah yang selalu dilihat saat pengumuman kelulusan tiba. Ada yang bermuka senang dan ada pula yang muram.

Inilah yang menjadi PR untuk pendidikan kita. Pendidikan kita seharusnya tidak hanya mementingkan kecerdasan intelektual (IQ) siswa saja namun juga harus mengajarkan kecerdasan emosional (EQ) kepada siswanya. sehingga pendidikan kita dapat menghasilkan lulusan yang cerdas, berbudi pekerti, dan berakhlak tinggi selain itu siswa juga menjadi pribadi yang berjiwa besar dan mawas diri dalam menjalani kehidupan.

Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi siswa yang stres karena tidak lulus ujian dan ia dapat menerima kenyataan dan tidak berputus asa serta mau bangkit dari kegagalannya. Dan juga tidak ada lagi siswa yang terlalu bersorak-sorai terhadap kelulusannya karena ia seharusnya bermawas diri dan bersyukur dengan apa yang diperolehnya karena mereka masih harus menyiapkan diri lagi untuk menempuh ‘perjalanan’ selanjutnya yang pastinya lebih menantang dibandingkan dengan ujian nasional.

Tipe Guru

Oleh: Isna Hanifah 
Sudah 15 tahun saya berkecimpung dalam dunia pendidikan alias menjadi peserta didik (siswa) dan itu artinya saya sudah bertemu dengan berbagai macam karakter dan jenis guru yang ada (belagu banget ya.. hehe). Diawali sewaktu TK dulu yang notabene gurunya sangat sabar dan ramah kepada semua anaknya sampai-sampai saya menginginkan jika nanti sudah besar, saya ingin menjadi guru. Sewaktu saya SD hingga saat ini (kuliah), guru yang saya temui sudah beraneka ragam jenis dan karakternya, sosok guru bukan lagi selalu orang yang bersikap ramah dan sabar seperti yang saya bayangkan sewaktu TK dulu.
Guru itu kata orang jawa dari kata digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Jadi guru adalah sosok yang seharusnya dipercaya dan dapat ditiru. Namun, apakah semua guru dapat dipercaya dan ditiru?
Dalam perjalanan 15 tahun saya ini, saya terinspirasi untuk mengategorikan guru-guru ini dengan beberapa tipe :
1. Guru Friendly
Biasanya guru dengan tipe ini bersikap demokratis, baik hati namun tetap tegas. Kehadirannya selalu dinanti oleh siswanya. Cara mengajarnya selalu menarik para siswa. Jika guru ini berhalangan hadir maka banyak siswa yang merasa kehilangannya. Wajahnya selalu memancarkan aura kebaikan dan selalu menampilkan senyumannya walaupun di luar ia sedang mendapat masalah, tapi ia tetap selalu tersenyum. Jika mengikuti kelasnya, anak murid selalu bersemangat dan termotivasi untuk belajar karena cara mengajarnya yang menarik dan tidak monoton serta diselingi dengan humor yang membuat siswa menjadi senang karena tidak terbebani dalam kegiatan belajar sampai-sampai anak tidak menyadari jika jam pelajaran telah usai. Guru seperti ini mengenal baik siswa-siswanya, walaupun memang terkadang beliau lupa dengan namanya, tapi beliau tak pernah segan untuk menyapa anak muridnya ketika berjumpa di jalan. Guru ini mempunyai nilai lebih di mata anak didiknya. Karismanya terpancar dari penampilannya dan membuat orang lain menghormatinya sebagai guru. Guru ini akan selalu terkenang di hati para muridnya. Apalagi jika muridnya sudah sukses, guru ini yang akan diingat oleh siswanya tersebut, “karena jasanya lah saya bisa sukses seperti ini.”
2. Guru Killer
Entah siapa dulu yang memberikan istilah ini sehingga tercetuslah istilah guru killer. Guru killer di sini bukan berarti guru ini membunuh murid-muridnya sampai kehilangan nyawa karena tidak dapat menjawab pertanyaan atau tidak dapat memahami penjelasan guru tersebut, tapi guru killer di sini adalah guru yang ‘membunuh’ karakter siswanya. Misalnya, jika ada murid yang tidak dapat menjawab pertanyaannya, beliau mengatakan “kamu bodoh sekali, sih. Waktu itu naik kelasnya karena di katrol, ya?” Atau “masa, begini saja tidak bisa! Makanya perhatikan jika guru menjelaskan!” atau “Jangan banyak bertanya, memangnya kamu tidak membaca bukumu di rumah?!” waduh… bagaimana siswa mau memperhatikan penjelasan guru tersebut, melihat mukanya saja anak murid sudah kaku dan tekanan jantung serta susah nafas, tidak rileks sehingga berfikir pun sulit. Beliau selalu mencari kesalahan siswanya dan tidak segan untuk memarahi siswa di depan teman-temanya. Ketidakhadiran guru ini sangat diharapkan. Wajahnya jarang dihiasi senyuman. Matanya dengan tajam menatap anak muridnya. Biasanya guru ini pelit dalam memberikan nilai. Sering memberikan ulangan dadakan dan banyak anak didiknya yang mendapat nilai dibawah standar. Belajar dengan guru ini, rasanya waktu terasa lebih panjang. Sedetik serasa semenit, semenit serasa satu jam. Jika mendengar bel berbunyi, para siswa merasa lega dan bisa menghirup udara bebas lagi. Sama halnya dengan guru friendly, guru ini juga meninggalkan kesan pada setiap muridnya, namun kesan yang ditinggalkan bukanlah kesan yang baik, tapi sebaliknya. (saya selalu heran dengan guru tipe ini, apa dia tidak lelah ya marah-marah terus? Kepada guru-guruku sayang, kembangkanlah senyummu kepada kami, engkau akan terlihat lebih indah jika tersenyum dan menikmati hidup ini yang hanya sekali. J)
3. Guru Unik
Guru tipe ini saya bagi dua lagi, contohnya :
- Guru pendongeng, selain mengajar mata pelajaran yang diampunya beliau selalu menyisipkan “dongeng”. Mulai dari kisah keluarganya, kesehariannya, atau bahkan masalah ekonominya. Mungkin mendongeng diperlukan sesekali, namun tidak seharusnya seluruh jam pelajaran dihabiskan untuk mendongeng, karena siswa menjadi merasa jenuh dan mengantuk.
- Guru “baik hati”, guru baik hati disini dalam arti guru yang tidak menerapkan aturan yang ketat dalam kelasnya. Jadi jika ada anak tidur di kelas, beliau tidak menegurnya. Jika ada anak yang menyontek saat ulangan, ia juga tidak menegurnya, atau anak yang pergi ke kantin saat pelajaran pun ia tidak melarangnya. Guru tipe ini adalah tipe yang “menyenangkan” bagi anak muridnya.
Ya, saya tahu guru juga manusia, punya kekurangan dan kelebihan. Saya sebagai anak dari seorang guru juga memahami bagaimana sulitnya menjadi seorang guru yang mengemban beban yang berat, karena ia mempunyai tanggung jawab atas sukses tidaknya seorang murid. Bukan hal yang mudah untuk mendidik anak manusia menjadi cerdas dan bermoral.
Beberapa tips dari saya untuk menghadapi guru Killer:
1. Berfikir positif
Behentilah befikiran negatif dengannya, karena berfikiran negatif hanya membuat kita lelah dan justru tidak dapat mengembangkan karakter kita. Nikmati saja saat-saat bersamanya. Cobalah untuk mengerti bahwa di dunia ini tidak ada guru yang sempurna, ia juga manusia yang mempunyai kekurangan seperti diri kita. Jangan membencinya karena bagaimana pun beliau tetap guru kita, mungkin dengan cara seperti itu kita jadi terdorong untuk belajar dengan keras.
2. Menyukai pelajarannya
Mungkin dalam hati kalian, bagaimana saya bisa menyukai pelajarannya, wong melihat gurunya saja sudah tekanan jantung. Jangan berfikiran seperti itu dulu, kamu bisa mencari tahu tentang pelajaran tersebut di internet, mengapa saya harus belajar ini? Apa keuntungan yang dapat saya ambil dari belajar ini? Dengan kamu tahu tujuan kamu belajar mata pelajaran tersebut, kamu akan lebih menyukai pelajarannya dan tidak memandang siapa pun yang mengajar pelajaran tersebut.
3. Bersiaplah
Cobalah untuk mempersiapkan diri di rumah mengenai pelajarannya, ini bisa membantumu membuktikan bahwa kamu bisa, jadi kamu tidak terlihat bodoh dihadapannya.
4. Tetap bersikap sopan dan santun
Tetaplah bersikap sopan dan santun karena bagaimana pun juga beliau adalah orang tua kita di sekolah, sehingga kita harus tetap menghormatinya. Walaupun beliau pernah menyakiti hati kita, namun kita tidak boleh membalas dengan perbuatan kasar. Jika kita diperlakukan dengan tidak adil dengan beliau, ingatlah jika Tuhan itu Maha Adil, biarlah itu urusan guru itu dengan-Nya, selama kita benar kenapa harus takut dihukum atau dimarahi? Siapa tahu dengan kamu bersikap sopan dan satun kamu dapat mengambil hatinya yang kaku. Jangan lupa untuk selalu mendoakan guru tersebut agar dibukakan hatinya.
Sekali lagi, guru juga manusia. Sekejam-kejamnya guru tersebut, beliau juga mempunyai hati nurani dan apa yang dilakukannya justru untuk menggembleng kita agar disiplin. Bayangkan di dunia ini tidak ada guru killer, mungkin kita menjadi manusia yang tidak tahu diri dan menganggap remeh guru. Selama kekejamannya itu masih dalam batas wajar dan tidak main fisik, itu masih bisa dimaafkan.

Foto bersama siswa-siswa ku :p