19 Maret 2014

Membuat Bando Telinga Mickey

 Kali ini saya akan menjelaskan tentang membuat bando telinga Mickey, apabila ingin membuat model lain bisa disesuaikan saja polanya.

Ini dia cara untuk membuat bando telinga Mickey:
1.       Siapkan alat dan bahan nya:
-          Kain Flanel berwarna gelap (Hitam atau Coklat Tua)
-          Bando Polos
-          Gunting
-          Lem Kain (Boleh lem fox atau UHU)
-          Jarum + Benang untuk menjahit
-          Karton




2.       Buatlah pola telinga Mickey dengan karton, besarnya telinga disesuaikan sendiri.
3.       Tempel kain flanel bagian depan dan bagian belakang telinga rekatkan dengan lem, agar telinga dapat berdiri tegak, Lapisi kain tersebut dengan karton atau kardus susu (sesuai dengan pola),
4.       Sambungkan dengan bando, jahit bagian bawah sehingga kencang dan tidak mudah lepas.

5.       Kalau mau buat Telinga Minnie berarti tambahkan pemanis, seperti pita pink atau merah.



Bagaimana, Cukup Mudah bukan ? 


WARNING :
Do not repost my blog without any permission, thank you.

09 Maret 2014

Menjelajah Museum Bank Indonesia & Museum Wayang Kota Tua Jakarta MeStudy Tour Alfa Husna (Part 2)

Sabtu, 8 Maret 2014 lalu, PKBM Alfa Husna kembali mengadakan study tour untuk anak-anak Paket A, Paket B, dan Paket C. Pada awalnya kami berencana untuk pergi ke Planetarium Jakarta, namun dikarenakan tidak kebagian tiket pertunjukkan yang siang, kami memutuskan untuk mengganti tujuan, yaitu ke KOTA TUA! Yay!
 Di Kota Tua Jakarta, ada banyak tempat bersejarah untuk dikunjungi, disana ada Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Museum Mandiri, Museum Keramik, dan  Museum Fatahilah. Namun karena waktu kami terbatas, kami hanya sempat mengunjungi Museum Bank Indonesia dan Museum Wayang. Ini dia ceritanya…
Sekitar pukul 11.30, bus kami sampai di Kota Tua. Setelah sampai sana, kami langsung bergegas menuju Museum Bank Indonesia yang letaknya dekat dengan stasiun Kota dan Museum Mandiri. 
Museum Bank Indonesia
Sumber Foto: butuzone.com
Ketika memasuki museum, terlihat arsitektur bangunan tua yang khas, namun fasilitas di museum ini sangat baik. Sebelum masuk museum ini, ada pemeriksaan barang bawaan pengunjung dan pengunjung wajib menitipkan barangnya di tempat penitipan barang. Setelah melewati tahapan-tahapan itu, rombongan kami siap memasuki museum lebih dalam. Kondisi museum masih baru dan full AC, sehingga sangat nyaman untuk melihat-lihat koleksi museum.  Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah, dengan fasilitas yang sedemikian baiknya ini, pengunjung tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis. $_$

Mari kita telisik lebih lanjut mengenai museum BI ini. Menurut yang dikutip oleh indonesiaexplorer.net, awal mulanya bangunan objek wisata Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah sakit umum yang bernama Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan tersebut di ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank dengan nama De Javashe Bank. Selama satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9 tahun kemerdekaan republic Indonesia, bangunan DJB di tetapkan sebagai Bank Sentral Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia. Selang 9 tahun kemudian yaitu pada tahun 1962, pemerintah Indonesia kemudian memindahkan Bank Indonesia tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis, sehingga tempat BI yang dahulu mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan yang penting. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh masyarakat umum.
Koleksi Museum Bank Indonesia

Metamorfosa Logo BI
Sumber Foto: kotatuaku.com

Di Museum Bank Indonesia ini kita bisa melihat sejarah uang di Indonesia juga.  Mulai dari sistem barter dengan menggunakan rempah-rempah hingga sistem uang zaman dulu yang masih berukuran lumayan besar dan bertuliskan 'kupon'.
Disana juga komputer kecil yang didalamnya kita bisa menonton video mengenai percetakkan uang. Menarik sekali.

Kami pun memasuki ruangan lain, yaitu ruang emas moneter. Disini seperti kita memasuki sebuah ruangan misterius dan menemukan bongkahan emas berkilau. Seperti di film-film. Hahaha.
Serasa menemukan harta karun emas :D

Kilaunya emas sangat terlihat di ruangan ini, sehingga kami menyempatkan
untuk berfoto sebentar.. hehehe


Namun, ini hanya replika dari koleksi emas Bank Indonesia saja, walaupun bukan emas asli, namun tampilan dan beratnya juga disamakan dengan emas asli dengan kadar emas 99.99%. Pengunjung juga bisa merasakan langsung memegang sebatang emas ya beratnya 13,5 Kg. Kalau kata Mas Tora itu sebatang emas kalo dijual bisa buat beli rumah gede. Hahaha.

Selain itu, di museum ini juga ada banyak koleksi uang dari mancanegara. Lengkap kalau ingin belajar tentang sejarah bank Indonesia dan uang Indonesia itu sendiri di museum ini. Karena sejauh mata memandang uang, uang, uang dan uang. Jangan heran kalau habis berkunjung dari museum ini mata pengunjung jadi mata duitan semua. Hahaha! Mr. Krab pasti suka sekali ke museum ini. $_$
Uang zaman dahulu

Melihat koleksi uang koin dengan menggunakan kaca pembesar

Koleksi uang zaman dahulu

Meitry dengan Koleksi uang mancanegara

Setelah kami puas berkeliling museum ini, kami beristirahat dan sholat di masjid museum ini. Masjidnya pun cukup besar dan nyaman. Benar-benar puas.


Rombongan PKBM Alfa Husna

Setelah shalat dan istirahat sebentar, kami menyempatkan untuk foto bersama sebelum melanjutkan perjalanan ke Museum Wayang.

Dari Museum Bank Indonesia, kami berjalan kaki menuju museum Wayang.
Museum Wayang
Sumber: wisata.kompasiana.com
Sekitar 8 menit berjalan kaki, kami sampai di Museum Wayang. Untuk memasuki museum ini, pengunjung dikenakan biaya Rp5.000/ orang, namun dikarenakan kami pelajar maka dikenakan tarif pelajar Rp 2.000/orang. Cukup hemat kan?

Di museum ini memang tidak sesejuk di museum Bank Indonesia, namun koleksi disini tak kalah menarik. Di museum wayang terdapat berbagai jenis wayang Indonesia yang sangat terkenal. Ada wayang kulit, wayang golek, dan boneka Indonesia seperti boneka si Unyil dan ondel-ondel.
Uniknya, saya baru lihat kalau ondel-ondel itu tidak hanya dari Betawi saja, tapi ada ondel-ondel Batak juga lho. Hihihi.
Selain itu, disini juga banyak boneka-boneka dari luar negeri, yang menurut saya ada beberapa yang tidak lucu, tapi malah seram. Hiiii….
Foto sama Boneka Cantik dari Rusia
Foto: Koleksi Pribadi

 
Boneka asal Jerman.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi
Setelah berputar-putar melihat koleksi boneka dan wayang di museum ini, kami bersiap melanjutkan perjalanan ke museum Fatahilah, namun sayangnya museum ini sudah tutup karena sudah sore.
Tapi, berkunjung ke 2 museum sudah membuat kami cukup lelah namun sangat puas. Karena itu, kami kembali ke rumah dengan hati senang.

Lain kali, semoga kami bisa berkunjung ke museum-museum lain, karena hanya di museum kita bisa mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai sejarah dan budaya negeri kita tercinta ini.

Ayo ke museum!