Pada tanggal 27 Januari 2010 lalu, Penulis mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepanitiaan kegiatan “Kompetisi Anak Berbakat Indonesia Piala Danrem Suryakancana” yang diadakan di Padepokan Cugenang Gifted School Cianjur Jawa Barat. Kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi anak cerdas dan berbakat istimewa (CI+BI) usia 5 – 8 tahun ini mendapat antusiasme masyarakat yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari lunjakan peserta lomba yang membuat panitia ‘kewalahan’ menanganinya. Namun, dengan kekompakan panitia dan juga bantuan dari bapak-bapak TNI hal ini dapat diatasi dengan baik hingga akhir acara.
Jenis lomba yang diselenggarakan dalam kegiatan ini antara lain story telling (bercerita), wordsquare (menebak kata), dan scramble (menyusun huruf). Ketiga lomba ini dirancang khusus untuk mendeteksi bakat anak dalam bidang logika matematika dan linguistik kesustraan. Untuk masing-masing lomba dikenakan biaya sebesar Rp2000,00 dan setiap peserta dibebaskan untuk memilih jenis lomba yang akan diikutinya (boleh memilih lebih dari satu jenis lomba).
- Story Telling (bercerita)
Dalam lomba ini peserta diminta untuk bercerita di depan penonton dengan membawa alat bantu selama 15 menit. Unsur penilaian dalam lomba ini ialah daya tarik cerita, penguasaan panggung, penampilan, gaya komunikasi, dan kreativitas. Banyak hal menarik yang dapat ditemukan dalam perlombaan ini. Tak disangka banyak anak usia 5 – 8 tahun yang bisa bercerita di depan umum sehingga menyulitkan juri untuk menentukan pemenangnya. Namun, ada juga anak yang menangis saat dipanggung karena gugup harus berhadapan dengan banyak penonton. Oleh karena itulah diperlukan kepercayaan diri yang tinggi dalam diri anak dan juga daya ingat yang tinggi agar dapat menjuarai lomba ini.
- Word Square (Tebak Kata)
Dalam lomba ini peserta diharuskan mencari kata-kata yang terdapat dalam kotak yang telah tersedia dalam waktu 15 menit. Kotak permainan ini mirip dengan teka-teki silang, namun bedanya semua kotak telah berisi jawaban-jawaban dan ditambahkan dengan huruf-huruf lain secara acak untuk mengecoh peserta. Materi pertanyaan yang diberikan adalah materi yang terkait dengan mata pelajaran Sains dan Sastra Indonesia yang telah disesuaikan dengan kompetisi dasar (KD) dari masing-masing tingkatan sekolah.
Jawaban sudah dirancang dengan posisi vertikal (dari atas ke bawah), horizontal (mendatar), dan diagonal (miring) sehingga menyulitkan peserta dalam pengerjaannya. Namun inilah tantangan dari permainan ini. Ada peserta yang dengan santai mengerjakan soalnya, ada pula yang terlihat frustasi karena tidak dapat menjawab soal satu pun. Hanya anak yang memiliki ketelitian dan pemikiran yang kritislah yang dapat menjawab soal dan menemukan jawabannya dengan baik. Unsur penilaian dari lomba ini adalah ketepatan dan kecepatan dalam menjawab pertanyaan.
- Scramble (Menyusun Huruf)
Permainan ini adalah permainan tersulit yang ada di kegiatan ini karena peserta harus menjawab pertanyaan dengan menjodohkan ke jawaban yang tersedia, namun jawaban yang disediakan sudah diacak hurufnya sehingga peserta harus menyusun hurufnya terlebih dahulu agar dapat menjawab soalnya. Durasi dari permainan ini adalah 15 menit.
Sama halnya dengan permainan word square, scramble juga memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam menjawab soal. Permainan ini juga melatih anak untuk memecahkan masalah. Hanya anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewalah yang dapat mengerjakan soal-soal scramble.
Ketiga permainan ini memiliki tantangan masing-masing. Banyak anak-anak yang mengalami stress karena kesulitan mengikuti lomba. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang menyerah sebelum waktu yang disediakan habis. Penyebab peserta menangis pun beragam, ada yang karena takut sendiri (tidak bersama orang tuanya), ada yang karena tidak dapat memecahkan soal, dan ada juga yang karena belum lancar membaca bahkan belum bisa membaca apalagi menulis. Orang tua peserta pun banyak yang protes karena menurut mereka soal-soal yang diberikan terlalu sulit untuk usia anak mereka. Sekali lagi, lomba ini bertujuan untuk mendeteksi anak-anak yang mempunyai kecerdasan dan keberbakatan istimewa.
Pada akhir acara, pemenang diumumkan dan diberikan hadiah. Pemenang kompetisi ini diberikan hadiah berupa piala dan uang tunai serta mendapat peluang mengikuti seleksi tahap awal untuk menjadi siswa di sekolah gifted. Atas kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak, acara ini dapat sukses sesuai dengan tujuan walaupun masih dijumpai kendala-kendala dalam pengerjaannya.
Dengan ikut terlibatnya Penulis dalam acara ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak anak berbakat Indonesia yang belum terdeteksi sehingga mereka belum mendapatkan pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini harus lebih diperhatikan oleh pemerintah maupun semua pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, agar potensi anak berbakat Indonesia tidak terkubur sia-sia dan dapat dikembangkan dengan optimal.