11 Mei 2009

Pengembangan Variasi Mengajar Guru


Oleh: Isna Hanifah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebosanan pada dasarnya keadaan yang tidak ingin dialami setiap orang dalam kehidupan ini. Perasaan bosan tidaklah menyenangkan bagi siapa saja. Kalau setiap hari kita memakan makanan yang sama terus menerus yang akhirnya nanti akan berujung pada kebosanan.

Demikian juga pada dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan variasi mengajar dan tidak monoton dalam proses pembelajaran. Hal ini diharapkan agar siswa tidak menjadi bosan, lebih perhatian, tidak mengantuk dalam proses pembelajaran sehingga nantinya tujuan pembelaran dapat tercapai dengan efektif.

Dalam proses pembelajaran terjadinya variasi mengajar guru dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Penggunaan variasi dalam mengajar ditujukan kepada perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari variasi mengajar?

2. Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?

3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?

4. Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?

5. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah dasar?

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengembangan variasi mengajar guru di sekolah dasar.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar dalam melaksanakan tugasnya.

2. Memberikan gambaran kepada mahasiswa khususnya calon pendidik (guru) dalam menerapkan variasi mengajar, guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.


BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Belajar Mengajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.[1]

Belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan akivitas belajar.[2] Namun, tidak semua perubahan termasuk kategori belajar seperti perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.[3]

Proses belajar mengajar mempunyai pengertian dan makna yang berbeda dengan mengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

2.2 Pengertian Variasi mengajar

Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki oleh guru, tidak lain karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Yang dihadapi oleh guru adalah para siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang berasal dari diri siswa maupun sebagai akibat dari dinamika lingkungan yang sedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru haruslah dinamis juga, sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan dinamika siswa yang tak terelakkan.[4]

Variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.[5]

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

2.3 Tujuan Variasi Mengajar

Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar

Dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan sangat dituntut. Tidak diharapkan sedikitpun terdapat siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, karena hal tersebut akan membuat siswa tidak memahami akan bahan yang diajarkan oleh guru.

Dalam jumlah siswa yang besar sering ditemukan kesulitan untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang lebih menarik dibandingkan dengan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru.

Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indiktor penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks percapaian tujuan pembelajaran.

Karena itu, guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.

2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi

Motivasi memegang peran penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar maka dari itu, guru siswa tidak adak melalakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak dalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung.

Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan pelajaran. Untuk bahan tertentu mungkin seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Dalam diri siswa yang seperti ini sudah tertanam motivasi untuk belajar yang disebut motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan sendirinya memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Untuk siswa yang seperti ini motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak dibutuhkan. Disini peran guru lebih diinginkan untuk memerankan fungsi guru sebagai motivator, yaitu memotivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

Masih sering dijumpai disetiap sekolah terdapat siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Kecuekan selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.

Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang monoton tidak bervariasi atau guru kurang datap menguasai kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalannya proses pembelajaran tidak efektif. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang menbangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.

  1. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual

Sebagai seorang guru yang profesional dituntut mempunyai keterampilan-keterampilan yang mendukung tugasnya dalam proses pembelajaran. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap berbagai penggunaan media merupakan keterampilan lain yang harus dimiliki bagi guru.

Fasilitas merupakan kelengkapan balajar yanag harus ada di sekolah yang berguna sebagai alat bantu pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia untuk melakukan pemilihan.

  1. Mendorong siswa untuk belajar

Membuat suasana belajar yang nyaman adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas siswa. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong siswa untuk selalu belajar.

Gejala adanya siswa yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak semestinya terjadi, karena hal ini akan menghambat proses pembelajaran. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah belajar.

Untuk hal ini cara yang tepat yang mesti dilakukan oleh guru adalah mengembangkan varisai mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam menggunakan media dan bahan pengajaran maupun dalam interaksi guru dengan siswa.[6]

2.3 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan ang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu.

Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:

1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.

2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.

3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.[7]

2.4 Komponen-konmponen Variasi Mengajar

2.4.1 Variasi gaya mengajar

Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:

a. Variasi suara

Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atau berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.

b. Penekanan (ocusing)

Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya, ”Perhatikan baik-baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar, dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.

c. Pemberian waktu (pausing)

Untuk menarik perhatian siswa, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara mejadi sepi, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi siswa, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawaban agar menjadi lengkap.

d. Kontak pandang

Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian siswa.

e. Gerakan anggota badan (gesturing)

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikman arti pembicaraan.

f. Perpindahan posisi guru (teachers movement)

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perhatian posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan mejemukan, dan bila bervariasi dilakukan secara berlebikan akan mengganggu.

2.4.2 Variasi media dan bahan ajaran

Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi menggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.

Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar.

a. Variasi media pandang

Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut memiliki keuntungan:

1. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.

2. Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.

3. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak ddik.

4. Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film.

5. Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain

6. Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.

b. Variasi media dengar

Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling bergantian atau berkombinasi dengan media pandang dengan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.

c. Variasi Media Taktil

Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contohnya dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit, dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.

2.4.3. Variasi Interaktif

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki rentangaan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:

a. Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.

b. Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada siswa.

Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.

Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.

2.5 Proses Pelaksanaan Belajar Mengajar yang Efektif di Sekolah Dasar

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah siswa dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran. Misalnya masih banyak siswa kurang bernafsu untuk belajar dan membolos terutama pada mata pelajaran, dan guru yang menurut mereka sulit atau menyulitkan. Untuk kepentingan tersebut guru dituntut membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan belajar dengan sungguh-sungguh.

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, setiap guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Guru juga sebaiknya mampu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Keterampilan mengajar tersebut dan cara menggu-nakannya agar tercipta pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh guru, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa.

Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.

1. Keterampilan bertanya dasar mencakup;

a. Pertanyaan yang jelas dan singkat,

b. Pemberian acuan yaitu sebelum mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat yang berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan,

c. Memusatkan perhatian; pertanyaan juga dapat digunakan untuk memusatkan perhatian siswa,

d. Memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan; guru hendaknya berusaha agar semua siswa mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan, dan yang lebih penting adalah memberikan kesempatan berpikir kepada siswa sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan.

2. Keterampilan bertanya lanjutan meliputi;

a. Pengubahan tuntunan tingkat kognitif yaitu guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain seperti penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi,

b. Pengaturan urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan,

c. Peningkatan terjadinya interaksi yaitu guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada siswa yang bertanya, guru tidak menjawab secara langsung, tetapi dilontarkan kembali ke seluruh siswa untuk didiskusikan.

b. Memberi penguatan

Penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan gerakan mendekati siswa dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan membina perilaku yang produktif.

c. Mengadakan variasi

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan siswa, agar selalu antusias, tekun , dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran meliputi;

1. Variasi dalam gaya mengajar misalnya variasi suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi, dan mengadakan kontak pandang dengan siswa.

2. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar misalnya variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.

3. Variasi dalam pola interaksi misalnya dalam mengelompokkan siswa, tempat kegiatan pembelajaran, dan dalam pengorganisasian pesan (deduktif dan induktif).

d. Menjelaskan

Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Perencanaan meliputi isi pesan yang akan disampaikan harus sistematis dan mudah dipahami oleh siswa dan dalam memberikan penjelasan harus mempertimbangkan kemampuan dan pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa.

2. Penyajian dapat menggunakan pola induktif yaitu memberikan contoh terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan umum dan pola deduktif yaitu hukum atau rumus dikemukakan lebih dahulu lalu diberi contoh untuk memperjelas rumus dan hukum yang telah dikemukakan.

E. Membuka dan menutup pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian siswa secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah:

1. Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.

2. Menyampaikan tujuan (kompetensi dasar) yang akan dicapai.

3. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan disajikan.

5. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapai tujuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk menutup pelajaran kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

1. Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh siswa, atau permintaan guru, atau oleh siswa bersama guru).

2. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan materi yang telah dipelajari.

4. Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.

f. Membimbing diskusi kelompok kecil

Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran adalah:

1. Pembentukan kelompok secara tepat

2. Memberikan topik yang sesuai

3. Pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat berpartisipasi secara aktif.

g. Mengelola kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.[8] Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.

Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:

1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal

a. Menunjukkan sikap tanggap dengan cara; memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.

b. Memberi petunjuk yang jelas.

c. Memberi teguran secara bijaksana.

d. Memberi penguatan ketika diperlukan.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal

a. Modifikasi perilaku yaitu mengajarkan perilaku yang baru dengan contoh dan pembiasaan, meningkatkan perilaku yang baik dengan penguatan, dan mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.

b. Pengelolaan kelompok dengan cara; peningkatan kerja sama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.

c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah, misalnya mengawasi secara ketat, mendorong siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi, dan menghilangkan ketegangan dengan humor.

h. Mengajar kelompok kecil dan perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:

1. Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.

2. Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.

3. Pemberain tugas yang jelas, menantang dan menarik.

Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir siswa agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh siswa.

Selain beberapa komponen keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, guru juga harus kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut;

1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada siswanya.

2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para siswa.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani siswa sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakatnya.

4. Pemberi sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab kepada siswa.

6. Membiasakan siswa untuk saling bersilaturrahmi dengan orang lain.

7. Mengembangkan kreativitas siswa.[9]

Dengan memiliki beberapa keterampilan mengajar yang telah diuraikan di atas diharapkan guru tidak lagi menjadi figur yang menakutkan bagi siswanya, sehingga siswa akan senantiasa memiliki perasaan yang nyaman jika berada dalam proses pembelajaran dan akan senantiasa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

Adapun prinsip-prinsip dari penggunaan variasi mengajar sebagai berikut:

1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.

2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.

  1. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.

Saran

  1. Hendaknya dalam mengajar guru-guru dapat memperhatikan variasi mengajar agar tidak membuat siswa jenuh dalam relajar.
  2. Hendaknya demi kelancaran kegiatan relajar mengajar para siswa juga turut berperan aktif sehingga proses pembelajaran tidak membosankan dan hubungan antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa akan terjalin dengan harmonis.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Relajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Rosmini. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.

<http://www.sman2mks.com/indeks.php> (21 Desember 2008).

Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Xipemai. Upaya Guru dalam Meningkatkan Efektivitas Belajar Mengjar

<http://www.xipemai.wordpress.com> (21 Desember 2008).

Keterangan: Tugas Mata Kuliah Metodologi Pengajaran.



[1] Eveline Siregar dan Hartini Nara, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: MKDK FIP UNJ, 2007), hlm 2.

[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 8.

[3] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 2.

[4] Imron, Ali, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm. 166.

[5] Moh. Uzer Usman, Op., Cit, hlm. 84.

[6] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op., Cit, hlm. 161.

[7] Ibid, hlm. 166.

[8] Ibid, hlm. 174

[9] Rosmini, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, <http://www.sman2mks.com/indeks.php>, 21 Desember 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write down your comment here / Tulis Komentar disini