25 November adalah peringatan Hari Guru Nasional. Pada hari ini saya jadi teringat percakapan saya dengan teman-teman saya soal profesi sebagai guru yang tak pernah lepas dari jumlah penghasilan guru.
Percakapan 1:
Saya : “Kok lo ga ngajar?” tanya saya kepada teman saya lulusan sarjana pendidikan yang sekarang bekerja sebagai karyawan swasta.
X : “Jadi guru ga ada duitnya, Is!” Jawabnya.
Percakapan 2:
Saya : “Kok ga jadi guru matematika?” Tanya saya ke teman saya yang lain lulusan sarjana pendidikan matematika.
Y : “hm.. jadi guru, gajinya kecil. hehehe” jawabnya.
.....
Memang, tidak ada yang salah sama sekali dengan jawaban mereka. Benar sekali. Bukan rahasia lagi jika menjadi guru apalagi guru honorer atau bukan guru sekolah ternama/internasional tidak bisa mengharapkan gaji tinggi, untuk yang belum tau gaji guru honorer itu jauh di bawah UMR. Tak pantaslah saya menyebutkan nominal disini, bukannya apa-apa, memprihatinkan. Jadi sangat amat wajar kedua teman saya itu menjawab seperti itu. Ya, karena saya tahu setiap orang mempunyai pandangan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Jangan pernah nekad menjadi guru jika masih UANG yang menjadi tujuan. Jangan menjadi guru jika tak mampu melayani setiap siswa dengan sepenuh hati. Karena menjadi guru bukan saja pekerjaan otak dan fisik, tapi juga pekerjaan hati dan menjadi guru adalah soal panggilan hati.
Mendengar jawaban kedua teman saya tadi, saya jadi berfikir mundur, mengingat guru-guru saya dulu. Hati saya menjadi penuh syukur dan takjub dengan mereka, guru-guru saya.
Saya kagum dengan mereka yang mau memilih menjadi guru dalam hidup mereka. Hidup sederhana, mengabdi pada negara untuk mendidik anak bangsa. Mendidik dengan sepenuh hati walaupun tidak semua muridnya menghargai pengajarannya. Ada yang asik ngobrol sendiri, ada yang diam-diam mendengarkan musik lewat earphone, ada yang bolos saat pelajarannya, ada yang lebih tertarik memainkan gadget daripada mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada yang tidur saat pelajaran. Tapi seorang guru sejati tetap sabar dan tidak bosan mengajar.
Saya bersyukur tidak semua orang berorientasi uang, uang, dan uang. Saya bersyukur masih ada yang memikirkan nasib bangsa melalui jalur pendidikan. Karena kalau saja semua orang berfikiran soal uang terus, tentulah tidak ada yang mau jadi guru. Padahal untuk menjadi pengusaha sukses, dokter, pilot, karyawan, banker, akuntan, manajer, dan lain-lain pastilah karena ada guru dibelakangnya yang dengan ikhlas memberikan ilmunya walaupun belum tentu siswanya mengenang, mengingat, apalagi membalas jasanya.
Saya pun dari tahun 2011, setelah lulus kuliah, memilih untuk menjadi guru. Setelah mencoba bekerja menjadi pegawai kantoran selama beberapa bulan yang ternyata bukan passion saya, saya kembali ke sekolah untuk mengajar kembali karena ternyata mengajar dan bertemu dengan murid-murid setiap harinya adalah momen yang tak ternilai yang tidak saya sadari sebelumnya.
Teringat dulu ada seseorang yang menanyakan mengapa saya memilih menjadi guru dan terdengar menyayangkan akan pilihan saya bekerja dengan penghasilan yang tidak besar. Saya dengan mantap menjawab,
“Mengajar mereka menyenangkan. Kalau Anda menjadi saya, dan tau apa yang saya rasakan, saya yakin anda juga akan memilih jalan yang sama.”
Tidak memiliki banyak uang bukanlah perkara besar. Yang penting, hidup kita penuh makna dan bermanfaat. Bukankah begitu? :)
Nah, dimoment Hari Guru ini, saya ingin mengucapkan terimakasih untuk guru-guru saya dari TK Al Ikhlash, MI Al Ikhlash, SMP Islam Assalaam, SMA Negeri 109 Jakarta, dan Dosen di Jurusan Manajemen Pendidikan UNJ yang sudah dengan ikhlas berbagi ilmu dan cinta untuk murid-muridnya.
Tak lupa untuk guru pertama saya, Ayah, dan madrasah pertama saya, Mama..
Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan pahala dan berkah yang melimpah. Dan semoga ilmu yang diberikan menjadi amal jariyah dan pahala di akhirat, Aamiin...
Terima kasih juga untuk murid-murid saya, karena mereka semua adalah alasan saya untuk memantapkan hati memilih jalan hidup sebagai seorang guru.
Perjalanan saya dalam mengabdi masih panjang. Saya masih belajar menjadi seorang pendidik yang menghargai setiap jiwa tanpa membeda-bedakan. Belajar mengajar dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Belajar menjadi guru yang dapat digugu dan ditiru yang pada akhirnya dapat menjadi guru yang mengispirasi dan dirindukan.
Saya percaya ketika kita bekerja dengan ikhlas, maka Tuhan yang akan membayar tenaga dan upaya kita langsung. Dan jika Tuhan yang membayar, Ia membayar dengan kesehatan, kebahagiaan, kedamaian, dan kepuasan. Bukankah orang yang paling kaya adalah orang yang memiliki sesuatu yang tidak dapat dibeli dengan uang?
Saya sangat bersyukur menjadi seorang guru. Karena sesungguhnya ketika saya memilih menjadi guru, saya lah yang belajar.
Jangan berhenti belajar karena hidup ini adalah pelajaran.
Happy Teacher’s Day! :)