Adik saya yang bernama Zidan, dari kecil dulu suka sekali memelihara hewan. Mulai dari kura-kura, ikan, dan kucing. Memelihara hewan di rumah memang tidak mudah, karena membutuhkan kesabaran, dan ketelatenan dalam merawatnya. Menyanyangi makhluk Allah dengan sepenuh hati selain seru dan bernilai ibadah, ternyata juga memiliki banyak manfaat untuk psikologis. Kali ini saya akan membahas tentang manfaat memelihara hewan di rumah untuk perkembangan psikologis anak yang saya kutip dari berbagai sumber di internet. Berikut di antaranya:
1. Menumbuhkan sikap tanggung jawab
Memelihara hewan tentunya menuntut sikap
tanggung jawab karena anak diajarkan untuk berkomitmen untuk merawat hewannya
dengan teratur memberinya makan, dan membersihkan kandangnya.
Saya jadi ingat dulu, adik saya Zidan, yang hobi sekali memelihara hewan, dia
sedang membersihkan akuariumnya sendiri.
Saat itu, saya meminta bantuannya untuk membelikan sesuatu di warung.
Dia mengiyakan namun tidak segera pergi ke warung. Saya memohon untuk segera ke
warung karena penting.
Saya : Dan, tolong ke warung dulu, bersihin
akuariumnya nanti lagi.
Zidan: Nanti dulu ka, aku bersihin dulu,
kalau aku ke warung sekarang, nanti aku malah ga bertanggung jawab sama ini.
*masih asik membersihkan akuarium*
Saya speechlesh karena dia udah ngomongin
tanggung jawab, okelah kalo begitu. Toh yang dari awal dia mau memelihara ikan
di rumah sudah berjanji sama Mama untuk merawatnya dengan baik. Rupanya, dia bersungguh-sungguh
memegang janjinya, sehingga saya tidak berani menggangunya lagi.
2. Menumbuhkan rasa empati yang tinggi dalam diri anak
Anak yang memelihara hewan akan mempunyai rasa kasihan yang
dalam terhadap hewannya yang sakit. Hal ini akan menumbuhkan rasa kasih sayang
di dalam dirinya. Tentu saja hal ini sangat penting untuk perkembangan kecerdasan
emosionalnya. Anak juga belajar bagaimana memberikan cinta yang tulus. Sebab,
hewan peliharaan seringkali melukainya, misalnya dicakar atau digigit, namun anak
tetap menyayangi hewan tersebut setulus hati karena ia tahu sebab ia
mencakar/menggigit adalah cara/naluri hewan untuk melindungi diri.
Cerita tentang adik saya lagi, Zidan yang suka banget sama
Kucing. Dulu, ada kucing tetangga kami
yang suka main ke rumah. Sebut saja namanya Pussy. Adik saya sering bermain dengan kucing itu.
Anehnya, kucing itu sepertinya lebih suka tinggal di rumah kami dibanding di
rumah aslinya (di rumah tetangga saya). Kalau kucing itu mau melahirkan pun,
mencari tempat di rumah saya. -_- Suatu hari, Zidan mendapat kabar dari si
pemilik kucing bahwa kucingnya mati mendadak. Zidan menyempatkan diri untuk
menghadiri pemakamannya (Di kubur di depan rumah si Pemilik). Di raut wajahnya Nampak jelas dia sedang
berduka. Dia sering menyendiri di samping jendela memandang ke jendela
mengenang saat-saat si Pussy datang mengajak bermain atau minta makan. Namun,
sosok kucing itu sudah tidak ada lagi. Saya yang melihat adik saya begitu jadi
ikutan sedih, walaupun tiap si Pussy masuk rumah, sering saya usir berhubung
saya punya sedikit trauma dengan kucing. -_- Saat itu saya mengetahui bahwa
ternyata kematian hewan juga dapat membawa kesedihan yang mendalam bagi
pemiliknya. (Pussy udah dianggap zidan kucingnya sendiri. xD)
Beberapa bulan setelah kematian Pussy, Zidan mengadopsi anak
kucing yang ia temui di kebun saat ia bermain. Berbeda dengan Pussy, anak
kucing itu berjenis kelamin jantan dan ia beri nama Oishi yang katanya singkatan dari Otot Kawat Tulang Besi.
Hahaha. Walaupun beda jenis kelamin, wajah si Pussy dan Oishi ini hampir mirip
berkulit putih coklat. Kucing itu ternyata tidak jantan tidak betina, cute
semua. Haha.
Zidan dan Baby Oishi |
3. Pembelajaran tentang kehidupan
Manfaat lain yang
didapat jika anak memiliki hewan peliharaan adalah ia dapat mengenal kehidupan
dengan lebih baik. Hewan peliharaan tentunya akan kawin, mempunyai pasangan,
menikah dan akhirnya meninggal. Hal itu dapat digunakan sebagai analogi jika
anak bertanya kelak ketika sudah agak dewasa
Untuk cerita kali ini, saya menceritakan hewan Zidan yang
sudah ‘menikah’. Hewan itu adalah kura-kura Brazil yang ia pelihara dari kecil.
Zidan mempunyai beberapa ekor kura-kura. Dulu punya empat atau lima ekor, sekarang
tinggal tiga ekor. Dan tidak disangka setelah 7 tahun berlalu, kura-kura itu
ada yang sudah bertelur. Namun karena tidak tahu mana yang jantan mana yang
betina, Zidan kesulitan untuk memisahkan si betina yang mungkin sedang hamil.
Dan anehnya, kura-kura itu hanya bertelur saat di air, sehingga telur yang
dikeluarkan selalu pecah karena terbentur dasar atau terinjak, padahal kura-kura
kalau bertelur di pasir. Memang masih harus banyak belajar mengenai bagaimana
memelihara kura-kura.
Saya sendiri kurang telaten apabila harus memelihara hewan
di rumah. Sehingga memang tidak memelihara apapun. Hanya melihat adik saya saja
di rumah yang bermain dengan hewan peliharaannya di rumah. Namun, saya suka
mempelajari tentang hewan yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Saya suka
membaca buku tentang hewan, menonton video tentang hewan seperti si National
Geographic Channel atau pergi ke kebun binantang untuk melihat tingkah laku
hewan liar sambil mengambil foto-foto binatang di sana.. Hewan membantu
keseimbangan alam. Jadi sudah seharusnya
kita membantu melestarikan hewan demi kelestarian bumi ini. Jika tidak dapat
memeliharanya, minimal kita tidak mengganggunya atau menyiksanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write down your comment here / Tulis Komentar disini