Liburan
akhir tahun kali ini, saya dan teman sepetualangan saya >> @duuunduuun
mengunjungi beberapa tempat wisata di Jakarta yang belum pernah kami kunjungi
sebelumnya. Setelah agak bingung mengatur jadwal dan tempat tujuan, akhirnya
kami memutuskan untuk pergi ke Museum Prasasti dan Hutan Mangrove pada hari Kamis, 25
Desember 2014. Yay! Bismillah~
Tujuan
1 : Museum Prasasti, Jakarta Pusat
Jam
09:00 WIB kami janjian di shelter Bus TransJakarta Jatipadang. Untuk menuju ke
Museum Prasasti, kami harus turun di Shelter Monas oleh karena itu dari bus
koridor 6 (Ragunan – Dukuh Atas), kami transit di dukuh atas untuk ganti bus
koridor 1 jurusan Blok M – Kota. Setelah tiba di shelter Monas kami menyebrang ke
arah Museum Nasional kemudian berjalan ke arah Museum Prasasti, ini dia rutenya
:
Dari
Museum Nasional, jalan sedikit ke kanan kemudian belok kiri tepat di sebelah
Museum Nasional, kemudian jalan terus sampai ada perempatan jalan, nyebrang dan
belok kanan, jalan terus hingga bertemu lampu merah, jalan terus nanti sudah
langsung terlihat Museum Prasasti dari ujung jalan. Akhirnya ketemu juga deh Museum
ini. Kira-kira pukul 10.15 kami tiba di lokasi. Tapi… ternyata eh ternyata, hari ini adalah hari libur nasional pemirsa,
jadi museum tutup. Namun, syukur alhamdulillah, ada penjaganya dan kami
diperbolehkan masuk.
“Kasihan,
udah dateng dari jauh.” Katanya. Ga sia-sia deh acting muka capek jalan jauh.
Hahaha~
Wuihh..
finally, setelah sekian lama saya sangat penasaran dengan tempat ini. Tempat
yang sangat artistik dan penuh misteri. Sudah beberapa teman saya ajak ke sini,
dan rata-rata agak mereka agak takut dengan tempat ini. Kini, tibalah saya ke tempat ini,
tempat bekas kuburan belanda. Museum Prasasti.
Sedikit
mengenai Museum Prasasti dari Wikipedia.com
Semula Museum Taman Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarangMuseum Wayang, yang sudah penuh. Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandse Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk.
Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja.
Di
museum ini, saya hanya mendapat sedikit informasi. Hanya ada tulisan-tulisan
dalam prasasti yang terkadang berbahasa belanda, jadi agak menyulitkan saya
memahami lebih jauh tentang museum ini.
Menurut
saya, tempat ini kurang tepat kalau untuk liburan keluarga, disini cocoknya
untuk hunting foto-foto. Tak heran kalau beberapa video clip (kerispatih, agnes,
ungu, dll) berlokasi disini.
Mengunjungi museum ini mengingatkan kita akan tujuan akhir hidup kita, sesuatu yang lebih pasti dari hari tua, yaitu kematian.
Saya teringat kata orang :
"Semua yang mati pernah hidup. Semua yang hidup akan mati."
Setelah
lelah berkeliling di museum ini, kami memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan
perjalanan ke tujuan berikutnya yaitu : HUTAN MANGROVE, yay!
Tujuan 2 : Hutan Mangrove, Jakarta Utara
Berawal dari cerita dari teman saya Nonna
La yang pernah ke sini sebelumnya, saya pun ingin mengunjungi tempat wisata di
daerah Pantai Indah Kapuk ini.
Dari Museum Prasasti menuju Hutan Mangrove, kami
ke Shelter Monas untuk naik BPTB (Bus Penghubung Terintegrasi Busway) jurusan
Monas – Pluit. Tarif BPTB ini adalah Rp 6.000, jadi nanti setelah shelter Kota,
penumpang BPTB akan dimintai lagi ongkos Rp 2.500/orang.
Selang
waktu kurang lebih 1 jam dari halte Monas, kami tiba di Pantai Indah Kapuk,
lumayan untuk selonjorin kaki yang capek dan istirahat di bus. :D
Kami
turun di depan sekolah Buddha Tzu Chi, Sekolah yang super besar ini gampang
terlihat. Setelah dari situ, kami bertanya dengan orang sekitar tempat wisata
Hutan Mangrove, dan dikasih petunjuk jalan, dari turun bus, kami ke kiri dan
ikuti jalan.. Ternyata, ada banyak wisatawan yang mau ke Hutan Mangrove juga.
Jadi, kami tidak sendirian. :D
Sampai
di lokasi tempat wisata, terpampang besar tulisan
Tiket
Masuk per orangnya : Rp 25.000/orang
Dilarang
membawa kamera dan dilarang juga membawa makanan. -_- Kalau membawa kamera kena chas Rp 1.000.000
o_O Cuma kamera HP yang boleh diizinkan masuk.
Kami
masuk dengan penuh tanda tanya, ada apa di tempat wisata ini. Rupanya disini
ramai pengunjung, berhubung pas tanggal merah juga kali ya? Disini ada banyak tanaman mangrove, dan rawa-rawa.
Juga ada tempat untuk berkemah lho. Waw banget deh camping disini,
serem. Hahaha~
Untungnya,
kami udah makan siang di Museum Prasasti, jadi ga kebingungan soal makan.
Paling minum-minum doang n ngemil. :D
Ambil
beberapa foto dan menikmati sore yang teduh di dalam hutan. Setelah satu jam
kami berkeliling hutan Mangrove yang lumayan luas, kami pulang. Tadinya mau
wisata air dulu, naik perahu, tapi biayanya cukup mahal. Setidaknya kami harus
sewa perahu dulu. Kalau ada banyak orang mungkin akan jadi murah. Hehehe.
Setelah
shalat Ashar di masjid sana, kami pulang dengan riang gembira karena misi hari
ini tercapai. Yay! Mission Complete! Alhamdulillah..
Pulang
ke rumah dengan jalur yang sama seperti jalur berangkat tadi. Gampang kan?
Kapan-kapan mampir ke utara Jakarta ini
ya, guys!
Keren gan postingannya tempat wisata indonesia
BalasHapus