Oleh: Isna Hanifah
Sudah 15 tahun saya berkecimpung dalam dunia pendidikan alias menjadi peserta didik (siswa) dan itu artinya saya sudah bertemu dengan berbagai macam karakter dan jenis guru yang ada (belagu banget ya.. hehe). Diawali sewaktu TK dulu yang notabene gurunya sangat sabar dan ramah kepada semua anaknya sampai-sampai saya menginginkan jika nanti sudah besar, saya ingin menjadi guru. Sewaktu saya SD hingga saat ini (kuliah), guru yang saya temui sudah beraneka ragam jenis dan karakternya, sosok guru bukan lagi selalu orang yang bersikap ramah dan sabar seperti yang saya bayangkan sewaktu TK dulu.
Guru itu kata orang jawa dari kata digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Jadi guru adalah sosok yang seharusnya dipercaya dan dapat ditiru. Namun, apakah semua guru dapat dipercaya dan ditiru?
Dalam perjalanan 15 tahun saya ini, saya terinspirasi untuk mengategorikan guru-guru ini dengan beberapa tipe :
1. Guru Friendly
Biasanya guru dengan tipe ini bersikap demokratis, baik hati namun tetap tegas. Kehadirannya selalu dinanti oleh siswanya. Cara mengajarnya selalu menarik para siswa. Jika guru ini berhalangan hadir maka banyak siswa yang merasa kehilangannya. Wajahnya selalu memancarkan aura kebaikan dan selalu menampilkan senyumannya walaupun di luar ia sedang mendapat masalah, tapi ia tetap selalu tersenyum. Jika mengikuti kelasnya, anak murid selalu bersemangat dan termotivasi untuk belajar karena cara mengajarnya yang menarik dan tidak monoton serta diselingi dengan humor yang membuat siswa menjadi senang karena tidak terbebani dalam kegiatan belajar sampai-sampai anak tidak menyadari jika jam pelajaran telah usai. Guru seperti ini mengenal baik siswa-siswanya, walaupun memang terkadang beliau lupa dengan namanya, tapi beliau tak pernah segan untuk menyapa anak muridnya ketika berjumpa di jalan. Guru ini mempunyai nilai lebih di mata anak didiknya. Karismanya terpancar dari penampilannya dan membuat orang lain menghormatinya sebagai guru. Guru ini akan selalu terkenang di hati para muridnya. Apalagi jika muridnya sudah sukses, guru ini yang akan diingat oleh siswanya tersebut, “karena jasanya lah saya bisa sukses seperti ini.”
2. Guru Killer
Entah siapa dulu yang memberikan istilah ini sehingga tercetuslah istilah guru killer. Guru killer di sini bukan berarti guru ini membunuh murid-muridnya sampai kehilangan nyawa karena tidak dapat menjawab pertanyaan atau tidak dapat memahami penjelasan guru tersebut, tapi guru killer di sini adalah guru yang ‘membunuh’ karakter siswanya. Misalnya, jika ada murid yang tidak dapat menjawab pertanyaannya, beliau mengatakan “kamu bodoh sekali, sih. Waktu itu naik kelasnya karena di katrol, ya?” Atau “masa, begini saja tidak bisa! Makanya perhatikan jika guru menjelaskan!” atau “Jangan banyak bertanya, memangnya kamu tidak membaca bukumu di rumah?!” waduh… bagaimana siswa mau memperhatikan penjelasan guru tersebut, melihat mukanya saja anak murid sudah kaku dan tekanan jantung serta susah nafas, tidak rileks sehingga berfikir pun sulit. Beliau selalu mencari kesalahan siswanya dan tidak segan untuk memarahi siswa di depan teman-temanya. Ketidakhadiran guru ini sangat diharapkan. Wajahnya jarang dihiasi senyuman. Matanya dengan tajam menatap anak muridnya. Biasanya guru ini pelit dalam memberikan nilai. Sering memberikan ulangan dadakan dan banyak anak didiknya yang mendapat nilai dibawah standar. Belajar dengan guru ini, rasanya waktu terasa lebih panjang. Sedetik serasa semenit, semenit serasa satu jam. Jika mendengar bel berbunyi, para siswa merasa lega dan bisa menghirup udara bebas lagi. Sama halnya dengan guru friendly, guru ini juga meninggalkan kesan pada setiap muridnya, namun kesan yang ditinggalkan bukanlah kesan yang baik, tapi sebaliknya. (saya selalu heran dengan guru tipe ini, apa dia tidak lelah ya marah-marah terus? Kepada guru-guruku sayang, kembangkanlah senyummu kepada kami, engkau akan terlihat lebih indah jika tersenyum dan menikmati hidup ini yang hanya sekali. J)
3. Guru Unik
Guru tipe ini saya bagi dua lagi, contohnya :
- Guru pendongeng, selain mengajar mata pelajaran yang diampunya beliau selalu menyisipkan “dongeng”. Mulai dari kisah keluarganya, kesehariannya, atau bahkan masalah ekonominya. Mungkin mendongeng diperlukan sesekali, namun tidak seharusnya seluruh jam pelajaran dihabiskan untuk mendongeng, karena siswa menjadi merasa jenuh dan mengantuk.
- Guru “baik hati”, guru baik hati disini dalam arti guru yang tidak menerapkan aturan yang ketat dalam kelasnya. Jadi jika ada anak tidur di kelas, beliau tidak menegurnya. Jika ada anak yang menyontek saat ulangan, ia juga tidak menegurnya, atau anak yang pergi ke kantin saat pelajaran pun ia tidak melarangnya. Guru tipe ini adalah tipe yang “menyenangkan” bagi anak muridnya.
Ya, saya tahu guru juga manusia, punya kekurangan dan kelebihan. Saya sebagai anak dari seorang guru juga memahami bagaimana sulitnya menjadi seorang guru yang mengemban beban yang berat, karena ia mempunyai tanggung jawab atas sukses tidaknya seorang murid. Bukan hal yang mudah untuk mendidik anak manusia menjadi cerdas dan bermoral.
Beberapa tips dari saya untuk menghadapi guru Killer:
1. Berfikir positif
Behentilah befikiran negatif dengannya, karena berfikiran negatif hanya membuat kita lelah dan justru tidak dapat mengembangkan karakter kita. Nikmati saja saat-saat bersamanya. Cobalah untuk mengerti bahwa di dunia ini tidak ada guru yang sempurna, ia juga manusia yang mempunyai kekurangan seperti diri kita. Jangan membencinya karena bagaimana pun beliau tetap guru kita, mungkin dengan cara seperti itu kita jadi terdorong untuk belajar dengan keras.
2. Menyukai pelajarannya
Mungkin dalam hati kalian, bagaimana saya bisa menyukai pelajarannya, wong melihat gurunya saja sudah tekanan jantung. Jangan berfikiran seperti itu dulu, kamu bisa mencari tahu tentang pelajaran tersebut di internet, mengapa saya harus belajar ini? Apa keuntungan yang dapat saya ambil dari belajar ini? Dengan kamu tahu tujuan kamu belajar mata pelajaran tersebut, kamu akan lebih menyukai pelajarannya dan tidak memandang siapa pun yang mengajar pelajaran tersebut.
3. Bersiaplah
Cobalah untuk mempersiapkan diri di rumah mengenai pelajarannya, ini bisa membantumu membuktikan bahwa kamu bisa, jadi kamu tidak terlihat bodoh dihadapannya.
4. Tetap bersikap sopan dan santun
Tetaplah bersikap sopan dan santun karena bagaimana pun juga beliau adalah orang tua kita di sekolah, sehingga kita harus tetap menghormatinya. Walaupun beliau pernah menyakiti hati kita, namun kita tidak boleh membalas dengan perbuatan kasar. Jika kita diperlakukan dengan tidak adil dengan beliau, ingatlah jika Tuhan itu Maha Adil, biarlah itu urusan guru itu dengan-Nya, selama kita benar kenapa harus takut dihukum atau dimarahi? Siapa tahu dengan kamu bersikap sopan dan satun kamu dapat mengambil hatinya yang kaku. Jangan lupa untuk selalu mendoakan guru tersebut agar dibukakan hatinya.
Sekali lagi, guru juga manusia. Sekejam-kejamnya guru tersebut, beliau juga mempunyai hati nurani dan apa yang dilakukannya justru untuk menggembleng kita agar disiplin. Bayangkan di dunia ini tidak ada guru killer, mungkin kita menjadi manusia yang tidak tahu diri dan menganggap remeh guru. Selama kekejamannya itu masih dalam batas wajar dan tidak main fisik, itu masih bisa dimaafkan.
Foto bersama siswa-siswa ku :p |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write down your comment here / Tulis Komentar disini