15 Desember 2011

Cerita Pak Mario Teguh Muda (Inspirasi)

Mario Muda
STEMPEL SETIP “BUSINESS CONSULTANT”

Saat itu saya baru memasuki usia 27 tahun, dan bekerja di sebuah Bank asing di Jakarta, sebagai Trainee dengan gaji kecil yang pasti habis di akhir bulan, pas untuk bayar uang Bajaj di kantor pada hari gajian.

Kamar kos saya kecil di sebuah rumah yang kecil dan sedehana.

Bathtub (istilah keren untuk bak mandi) di kamar mandi 'bersama' itu, kecil, plastik berwarna hijau terang, ... ember. Dan setiap kali saya mandi, saya sadar sekali bahwa itu sangat sederhana, tapi saya katakan di dalam hati: “Mario, ini sementara.”

Dalam kesederhaan orang muda yang hidup sendiri di Jakarta, saya berkutat antara mendamaikan diri dengan kemiskinan, dan tampil elegan dalam pergaulan dengan orang-orang kaya yang menjadi nasabah Bank.

Man! ... saya frustrasi super keliling.

Miskin, kuper, impiannya besar tapi minder, bekerja di Bank internasional yang keren, biaya hidup mahal, dan setiap akhir bulan seperti perlu didampingi dokter spesialis jantung sebagai penasihat keuangan.

Setiap hari mata saya nanar memandang Jakarta yang megah, sibuk, dan berkembang cepat. Setiap hari saat bergelantungan di bus saya bertanya, akan jadi apakah aku ini nanti?

Suatu hari, karena campuran menggalaukan dari minder dan impian besar, antara rencana yang rinci dan rasa takut mengenai masa depan, saya turun dari bus di jembatan Semanggi, dan berjalan kaki ke bawah jembatan.

Saat itu, di bawah Semanggi banyak tukang buat stempel, dan saya datangi satu meja yang paling kecil yang mungkin paling murah. Saya sodorkan secarik kertas kecil, untuk dibuatkan stempel.

Kertas itu bertuliskan:

------------------------
MARIO TEGUH
Business Consultant
------------------------

Setelah harga cocok, dia mulai meraut karet setip dengan cutter, yang saya tunggui dengan perasaan orang yang sedang terkatung-katung di laut di malam hari.

Dengan dada yang hampir meledak dengan kebanggan yang saya tidak tahu apa, saya pulang dengan menggenggam stempel setip itu, dengan nafas yang bergema tangis ,dan mata yang basah, di bus itu saya berdoa agar dari stempel di genggaman saya itu, kehidupan ini membaik.

Setelah itu, apa pun yang saya tulis, yang saya kirimkan sebagai memo, proposal, dan laporan ke atasan saya – saya berikan satu lembar kertas kosong di depan dan di belakang, saya jepret, lalu di depan saya stempel:

------------------------
MARIO TEGUH
Business Consultant
------------------------

Dua tahun kemudian, pada usia 29 saya menjadi Service Excellence Coordinator untuk Indonesia di Bank asing tersebut, dan salah satu usulan strategi pengembangan budaya pelayanan prima yang saya susun – ditolak oleh atasan saya.

Saya kecewa, agak bete, tapi saya buat copy-nya, saya taruh selembar kertas kosong di depan dan belakang, saya jepret, dan saya stempel:

------------------------
MARIO TEGUH
Business Consultant
------------------------

Pada usia itu, saya membangun karir kedua sebagai pelatih keterampilan bisnis, dengan arah untuk menjadi Business Consultant, di samping karir utama saya saat itu di Bank.

Lima tahun kemudian – pada usia 34 tahun, pada tahun 1990, proposal yang dulu di tolak atasan saya itu, dibeli oleh perusahaan penerbangan utama di negeri kita, untuk pengembangan budaya dan sistem pelatihan Service Excellence yang diterapkan secara nasional dan internasional, dengan harga total program 115,000.- Dolar Amerika (pada waktu itu). Terima kasih Tuhan.

Maka, adik-adik saya yang baik hatinya,

Apa pun ketakutan Anda mengenai masa depan, atau seberapa minder pun Anda mengenai keadaan Anda sekarang, buatlah atau ambillah sebuah tanda – seperti stempel setip saya itu, sebagai pengingat bahwa Anda sudah memulai rencana Anda, dan akan berlaku setia kepada sikap dan perilaku yang akan menjadikan Anda sebagaimana yang Anda impikan.

Tuhan berperan besar di dalam kehidupan jiwa yang mempercayai keindahan dari impiannya.

Impikanlah yang besar, tapi pastikan Anda memiliki sebuah tanda sederhana sebagai tempat pemberangkatan jiwa Anda.

Kita semua akan sampai, jika kita bergerak.

Maka, bergeraklah.

Tidak masalah apakah gerakan Anda terasa seperti lamban, tapi bergeraklah.
Anda akan sampai.



Mario Teguh – Loving you all as always


----------------


PENGALAMAN PERTAMA MENGAJAR ANAK-ANAK KESETARAAN

Selasa, 6 Desember 2011

Siang ini tiba-tiba aku mendapat tawaran mengajar di PKBM lewat telepon. Aku mendapat kabar itu melalui telepon dari sahabatku. Awalnya dia yang mendapat tawaran itu, namun karena dia tidak memiliki waktu, ia memberikan tawaran itu padaku. Aku tanpa pikir panjang langsung menyanggupi, tapi aku ingin melihat-lihat dulu situasi disana sebelumnya. Satu jam kemudian, aku bertemu dengan kepala PKBM itu, kami berjanji bertemu disuatu tempat dan pergi ke tempat PKBM itu bersama. Sepanjang perjalanan kesana, aku baru berfikir. Mengajar anak-anak PKBM tentu tidak sama dengan mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya. 

Sebelumnya, apa kau tau apa itu PKBM kawan? PKBM adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Kalau masih belum ada bayangan juga, itu adalah tempat belajar untuk anak-anak kurang mampu, orang awam mengenalnya dengan pendidikan kesetaraan seperti Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA), tahu kan jika murid kesetaraan muridnya seperti apa kawan? Hmm.. ya benar.. anak-anak putus sekolah atau orang dewasa yang tak punya ijazah pendidikan formal, beragam sekali bukan? Aku sendiri sebenarnya tak terlalu asing dengan kata PKBM karena waktu magang kuliah dulu, aku mendapat tempat di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta bagian PNFI atau Pendidikan Nonformal dan Informal yang mengurusi atau mendata proposal PKBM seluruh DKI Jakarta yang mendapat bantuan dana dari pemerintah. Lanjut ke cerita awal ya, dulu memang pernah terfikir olehku bagaimana nasib dari guru (yang disebut tutor) yang mengajar di PKBM, aku lihat honornya sangat sedikit, namun aku berfikir lagi artinya, orang tersebut bersedia meluangkan waktunya untuk mengajar di PKBM dengan ikhlas tanpa dibayar mahal. Nah, sekarang… posisiku mendapat tawaran itu. ah… aku tak pernah sama sekali membayangkan jika ternyata aku yang menjadi tutornya. Dengan mengucap bismillah, aku mencobanya. Mungkin kau mendengarnya terlalu berlebihan ya? Tapi untuk pengalaman pertama bagiku, mengajar di tempat seperti itu benar-benar membuatku HarapHarapCemas tapi penasaran. Aku penasaran dengan tempatnya. Sebelum aku mengiyakan benar-benar apakah aku bersedia mengajar di PKBM, aku ingin melihat situasinya dulu.

Sesampainya di lokasi (PKBM)

PKBM ini bertempat disuatu bangunan SD. Jadi paginya dipakai untuk anak-anak SD siangnya dipakai belajar anak-anak PKBM. Aku diberikan penjelasan sedikit mengenai PKBM ini oleh kepala PKBM. Jadi anak-anak yang bersekolah di sini tidak dipungut biaya sama sekali. Gratis. Dana-dana untuk menghidupi PKBM ini didapat dari para donatur. Jadi tutor yang mengajar disitu tidak diberikan gaji, hanya diberikan uang transport saja. Aku mengerti, dan aku mengiyakan. Pasti maksud bapak itu, jika aku bekerja disini, aku janganlah berharap akan mendapat gaji. Aku paham itu. Aku bertanya, disini ada berapakah tutornya? Lalu bapak itu menjawab sedikit ragu. Beliau menjelaskan sebenarnya disini ada 4 orang tutor, namun sedang sibuk semua, ada yang sibuk bekerja di tempat lain, ada pula yang sibuk melanjutkan kuliah S1, tinggal beliau sendiri, beliau pun dihari kerja katanya juga sibuk bekerja di sudin PNFI Jakarta selatan. Jadi, ia membutuhkan tutor di hari kerja untuk membantunya mengajar di PKBM, karena kalau tidak ada tutornya maka kasihan anak-anak yang sudah datang tidak jadi belajar. dan aku pun menggangguk paham sekali lagi.

Tiba-tiba bapak itu bertanya, sebelumnya ibu pernah mengajar apa? Aku agak bingung menjawabnya. Aku bilang dulu aku pernah mengajar komputer waktu praktek mengajar di sekolah. Sekarang gentian bapaknya yang bingung. Hahaha (di PKBM kan ga ada pelajaran komputer guys!) akhirnya beliau memberikan alternatif pelajaran lainnya. “Kalau mengajar IPA tingkat SMP bisa ya?” tanpa pikir panjang aku mengiyakannya.

Bapak itu mengeluarkan modul IPA tingkat SMP, dan membukanya. “Kemarin sudah diajarkan Bab 1, sekarang ibu lanjutkan Bab 2 saja, tentang Suhu.” WHAAAT? Aku langsung disuruh masuk kelas? Bapak itu langsung menyuruh anak-anak yang ternyata sudah menunggu cukup lama untuk memulai belajar. aku sedikit panik karena harus mengajar MENDADAK! Biasanya, aku jika mengajar memerlukan persiapan sebelumnya, mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, dan segala-galanya seperti di teori pembelajaran yang aku pelajari semasa kuliah. Namun, ternyata saat ini aku harus mendadak masuk kelas! Aku harus mengajar apa ini kawan? Tuhan, bantu aku.

Bukan apa-apa, aku malu lha nanti kalo ditengah pelajaran aku mati gaya. Ga tau mau bahas apa! Ga tau mau ngajar apa, dan mau ngasih tugas apa! Sudah banyak sekali pikiran-pikiran aneh dikepalaku, tapi aku memantapkan hati dan GO!!

Dan pelajaran pun dimulai..........
Sebelum memulai pelajaran aku memulai perkenalan terlebih dahulu, setelah aku memperkenalkan diri, aku meminta anak-anak memperkenalkan diri mereka satu persatu beserta alamat rumahnya.
Aku: “Nama kamu siapa?”
Anak : “Nama saya Rudi” (bukan nama sebenarnya)
Aku : "rumah kamu dimana?"
Anak : “dimana ya? Disrengseng sawah kali.. ga tau bu..”
Aku dalam hati: Hah? Ga tau rumahnya dimana?
Lalu aku mendengar teman sampingnya berbicara, “kita ga punya rumah ya?”
Aku dalam hati: Astaga.. aku lupa! Kondisi anak-anak disini kan beragam.. aku akui kali ini aku salah lain kali aku harus lebih berhati-hati jika bertanya!

Lanjut aku memasuki pelajaran IPA tentang Suhu,
Hah? Suhu.. ya aku sedikit paham tentang suhu, tapi aku tak bisa memberikan tugas apa-apa jika seperti ini.

Hm.. kita lompat saja cari bab yang aku lebih paham!
Aku masuk pelajaran satuan dan besaran!
Aku memberi tugas kepada mereka “mengukur”
Aku bilang, kalian harus mengukur 10 benda apa saja, ukur panjang dan lebarnya!
Benda apa saja boleh, sekolah juga boleh ahaha *maksud becanda*
Eh ada yang nyeletuk.. “ngukur bu guru boleh ga?” 
HA? -_-

Pelajaran pun selesai
Aku bingung,, benar-benar bingung di pertemuan pertama.
Ah.. aku pun sudah diperbolehkan pulang sebelum mereka pulang.
Pengalaman pertama bener-bener mengesankan!
Aku masih harus banyak beradaptasi dengan tempat mengajar ku yang baru ini guys!

Pelajaran yang tak terjadwal, dan semua-semuanya yang sangat jauh dengan pendidikan formal pada umumnya. Ini lah yang disebut PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH!

Yang dulu-dulu aku selalu bingung maksudnya apa pendidikan di luar sekolah ini... ha ha ha

Semoga ini menjadi awal dari perjalananku di dunia pendidikan! Amin...


06 Desember 2011

Amplop Merah Marun - Cerpen




Amplop Merah Marun

4/11/2011 | 07 Zulhijjah 1432 H Please wait
Oleh: Insan Konayuki

dakwatuna.com – Pemuda itu tampak murung dan kecewa – mengerenyitkan dahi – pendapatnya terus ditentang habis-habisan, ia sama kerasnya, tak mau kalah, selalu memberikan argument-argumen yang mematikan, namun perdebatan tiba-tiba itu terhenti, ketika pemuda itu tertegun, seseorang lawan diskusinya mulai sesegukan, suara yang tak ingin didengarnya, suara
yang membuat hatinya terenyuh kesakitan pula, suara yang membuatnya seperti orang bersalah. Suara itu lama-kelamaan semakin merendah sembari menjauhkan ganggang telepon sekitar beberapa senti saja, seperti ingin menyembunyikan tangisannya di hadapan pemuda itu, perlahan-lahan air mata itu keluar, pemuda itu dapat merasakannya walau jarak mereka sangat jauh, ribuan kilometer. Tak terasa air mata pemuda itu pun mengalir jua, ia juga tak tahan melihat seseorang wanita menangis, yah..lawan diskusinya itu adalah seorang wanita, dan terlebih lagi wanita itu adalah orang yang melahirkan diri pemuda itu dengan penuh kasih sayang dan cinta, tanpa pernah merasa mengeluh dan meminta balasan kepada pemuda itu. Keduanya hanya diam mematung, mulut mereka terpaku untuk melanjutkan berbicara, keduanya sama-sama tak tahu harus berbuat apa, si pemuda itu pun tak berani untuk sekedar menanyakan seperti “ibu kok nangis?” kata-kata itu hanya terbesit dan tersimpan dalam hatinya.
***
Angin malam bertiup lembut menyapu malam.
Malam beranjak datang. Pemuda itu selonjoran di teras kamar kosnya memandangi langit, kali ini langit terlihat begitu cerah. Gemintang menunjukkan berjuta formasi. Di sana ada Pisces, Aquarius, Leo, Gemini, dan lebih banyak lagi rasi yang tak memiliki nama. Indah. Suara burung hantu dari kejauhan dan derik jangkrik yang bernyanyi merdu ikut menghiasi malam ini. sebuah nasyid yang distel dengan nada yang rendah oleh pemuda tersebut juga tak mau kalah menghiasi malam ini, dari kejauhan terdengar lirik;
When you feel alone
When you have no strength
You have down in your heart
Troubles around you
Just remember Allah
Indahnya malam ini tak terlalu berpengaruh banyak bagi pemuda itu. Pemuda itu terus merenungi setiap kata-kata yang keluar pada diskusi mereka kemarin malam, obrolan yang lebih cocok dibilang diskusi.
Wi, carilah cewek dari sekarang, kan katanya mau menikah satu tahun lagi?
Ibu, Piwi nggak mungkin bisa pacaran dan nggak akan bisa pacaran!”
jangan beli kucing dalam karung Wi!” dengan nada agak mengeras, tampaknya ibunya mulai naik emosinya, “kalau bisa nikah itu cuma sekali, jangan sampai nanti menyesal..! Gimana kamu mau dapet istri yang baik kalau nggak pacaran dulu?
Loh Bu…. justru cewek yang mau dipacarin itulah cewek yang menurut Piwi nggak baik!” dengan nada sedikit menekan.
Bla..bla..bla..
Dan seterusnya, pemuda itu sibuk menjelaskan panjang lebar…ia yakin dengan prinsipnya dan di sisi yang lain, ibunya pun tetap berserikeras agar anaknya mencari istri melalui pacaran.
***
Malam yang meniupkan angin dingin membuatnya sedikit kedinginan dan ia pun beranjak dari selonjorannya ke atas tempat tidur, dengan posisi terlentang. Bersiap-siap untuk tidur. “Aku lelah” ujarnya dalam hati…
Dalam posisi terlentang itupun pemuda itu tetap tak merasa nyaman. Kasihan sekali melihatnya, air mukanya sangat lelah, lelah tak berdaya memikirkan diskusi kemarin malam itu. Pikirannya kusut tak mampu menerima tema pikiran yang lain, padahal ia terkenal sebagai seseorang pemikir, suka menganalisa, dan cerdas. Namun, saat ini ia betul-betul tak berdaya untuk berfikir lagi, semua pikirannya penuh berkelebat dalam satu tema, jika saja bisa ditumpahkan, ia benar-benar ingin menumpahkannya sedikit atau semuanya dengan sempurna. Dalam kelelahannya itu, tak terasa entah bagaimana caranya pemuda itu tertidur. Yah.. ia tertidur, tidurnya sangat pulas sekali. Terlihat wajahnya yang kian hari kian menggoreskan kelelahan yang sangat, namun air mukanya menunjukkan keoptimisan dan penuh percaya diri dalam menjalani hidup. Terlihat lagi rahang yang begitu kokoh mengisyaratkan keteguhan dalam memegang prinsip.
Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang akan (mungkin) menjadi solusi atas permasalahan yang ia hadapi saat ini. insya Allah.
Dalam mimpi itu:
“dalam kamar yang sempit itu, terlihat seorang pemuda yang sibuk memikirkan sesuatu, tampaknya ia seperti orang linglung, ia lupa meletakkan penanya dimana. Padahal kamar itu sangat tertata rapi, buku-buku, pakaian, sepatu, alat-alat tulis, semua rapi. Pena yang hanya satu itu entah gimana caranya bisa hilang. Setelah lima belas menit mencari, akhirnya pena itu ditemukan juga, terselip di antara tumpukan kain, pemuda itu juga heran kenapa bisa-bisanya tuh pena nyelip di tumpukan baju. “Ada-ada aja” ujarnya.
pemuda itu mengambil kertas beberapa lembar yang sudah dibelinya tadi sepulangnya dari kantor, lalu mulai menggoreskan pena ke kertas tersebut. Penanya bergetar namun ia paksakan untuk mantab.
‘Yang tersayang Ayah dan Ibu
Maaf Yah, Bu.. aku tak berbicara langsung melalui telepon seperti biasanya, tetapi melalui surat, agar semua dapat tersampaikan dengan baik dan runut. Maafkan anakmu yang lancang ini.
Terima kasih ayah, karena engkau mencintaiku dengan segenap kekuatanmu, memberi kesempatan belajar memahami kehidupan, mengajariku sepeda untuk pertama kalinya (pemuda itu sedikit tersenyum membayangkan kejadian ia yang merengek karena jatuh dari sepeda), memberikanku kesempatan bersekolah yang tinggi, bersedia memberikan seluruh energi di kantor untuk kami anakmu.
Ibu…(rasanya pemuda itu tak sanggup melanjutkan kata-katanya, bulir-bulir air mata tertumpah begitu saja). Terima kasih ibu atas semua cinta yang engkau beri untukku. Engkau rela mati untuk melahirkanku, engkau menaruhkan nyawa untuk hidupku, engkau lelah karena rengekanku setiap saat, engkau teduhkan aku dengan badanmu ketika matahari menyengat kulitku dan ketika hujan mengguyur deras menghantam bumi. Terima kasih telah selalu memberikan nasihat-nasihat yang luar biasa untukku…aku tahu engkau sangat sayang padaku…
Rasanya tak layak pena ini menggoreskan tinta-tinta perjuangan kalian kepada anakmu ini, karena begitu besarnya andil kalian dalam membimbingku. Terima kasih dengan rasa cinta dariku Ayah…Ibu…
Ayah Ibu.. jujur aku ingin sekali pacaran dari dulu, siapa yang tak mau diperhatikan, siapa yang tak mau dimanja, siapa yang tak mau pula dicinta, siapa yang tak mau Bu! Tapi aku tahan. Aku tahan keinginan itu, karena apa Yah..Bu..? Karena aku tak mau menggantikan posisi Allah, ayah, ibu, abang, dan adek-adek sebagai sumber motivasiku dalam belajar dan berkarir hingga saat ini. aku tak mau seseorang yang baru hadir dan bukan muhrimku tiba-tiba menjadi sumber penyemangatku. Aku tak mau itu. Kalianlah yang menjadi sumber penyemangatku bukan dia karena ia tak pantas menyandang gelar sumber penyemangatku. Lain halnya apabila ia adalah istriku, seseorang yang akan kunikahi nanti, karena seorang suami berkewajiban dalam menafkahi istri dan anak-anaknya, oleh karena itu boleh dijadikan sumber penyemangat dalam mencari rezeki dari-Nya.
Ayah.. Ibu.. aku ingin pacaran setelah menikah, karena apa Yah.. Bu? Karena aku ingin cinta itu bersemi dengan halal, karena aku sangat yakin bahwa segala sesuatu yang halal akan berbuah manis dan indah. Setiap apa yang akan kami lakukan nanti semua bernulai ibadah. Tidak seperti pacaran yang hanya menampakkan kesemuan belaka –kebanyakan seperti itu- yang hanya merusak hati, karena dalam setiap aktivitas selalu teringat dia padahal belum ada kehalalan dalam memikirkan si dia.
Janganlah takut aku salah pilih Yah.. Bu.. insya Allah aku sangat yakin Allah lah yang akan memilihkannya untukku, memilihkan yang terbaik buatku dunia dan akhirat. Jangan takut pula aku bakal tak mencintainya karena sesuatu hal apalah itu. Aku mencintainya, karena Allah telah mengizinkan cintaku terpaut pada dirinya. Sehingga tak ada alasan aku tak mencintainya. Dan pula menurutku sebuah pernikahan itu tak hanya dilandasi oleh cinta saja melainkan visi misi menikah dan komitmen dalam mengharunginya. Visi-misi itulah yang akan kami wujudkan bersama dalam komitmen yang penuh rasa cinta dan tanggung jawab. Betapa indahnya itu Ayah… Ibu…..
Memang, pengalamanku dalam kehidupan tidak ada apa-apanya dibanding kalian yang telah lama mengecap pahit dan ketirnya kehidupan. Tapi menurutku, sudah saatnya aku dewasa, sudah saatnya aku mengambil sikap untuk kehidupanku sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i yang kupelajari tiap pekannya bersama lingkaran ilmuku, dalam kajian-kajian yang kuikuti, dalam buku-buku yang kubaca, dan dari apa-apa yang kudiskusikan dengan teman-temanku. Insya Allah.
Ayah.. Ibu.. proses menuju pernikahan yang akan aku jalani nanti insya Allah takkan merugikan anak kesayanganmu ini, seperti yang kalian takuti “membeli kucing dalam karung”… sungguh tidak.. Sungguh inilah proses yang sangat luar biasa, saling kenal satu sama lain, mengutarakan latar belakang keluarga masing-masing, visi misi yang diusung dalam mengarungi bahtera rumah tangga, mengutarakan kelemahan dan kelebihan masing-masing secara jujur. Dan jangan pula kalian meragukan apakah seseorang itu akan tidak jujur. Insya Allah dia adalah seseorang yang terbina sepertiku Yah.. Bu..! dan sejelek-jeleknya pabila ada kata tidak jujur darinya, biarlah Allah yang mengatur scenario-Nya, aku yakin scenario-Nya sangatlah indah. Mungkin saja itu adalah bagian dari ujian cinta keistiqamahanku nantinya.
Setelah merasa cocok dan mantab satu sama lain, dan tentunya proses menuju kemantapan ini membutuhkan waktu dan tentunya melibatkan Allah di dalamnya., Setelah itu, barulah aku datang kepada keluarganya untuk berkenalan dan mengutarakan niatku untuk menikahi anak putrinya, dengan terlebih dahulu si dia telah mengkomunikasikan perihal lamaran ini kepada keluarganya, perihal siapa aku. Begitu pula denganku, aku akan mengkomunikasikannya dengan Ayah dan Ibu perihal lamaran itu dan perihal siapa si dia itu dengan seksama tanpa berlebihan, dan ini juga butuh waktu. Semua proses ini terbuka insya Allah. Dan pabila ayahnya menyetujui niatku, oh Ayah.. Ibu.. betapa senangnya diri anakmu ini. Akan ku ajak kalian tuk melamar si dia untukku. Dan sekalian menentukan hari pernikahan hingga hari itu pun tiba…Semoga Allah meridhai langkah kami berdua.
Sampai di sini saja suratku kepada kalian wahai dua insan yang kucintai dan kurindui. Kuharap kalian dapat mengerti maksudku kenapa aku tak mau pacaran atau apalah namanya itu. Karena aku ingin itu bersemi indah pada waktunya Yah.. Bu..
Sebelum surat ini berakhir, kukirimkan puisi di bawah ini untuk kalian berdua…:
tirai malam menyelimuti sunyi
gerlap bintang menyemangati malam
berkilau bertahta berseri
nafas rindu berhembus halus
merana resah gelisah dibuatnya
memacu api gelora dalam jiwa
dingin malam kian hilang ditelan kehangatan
terlena akan menghangatnya jiwa
bagaikan mentari menghangatkan pagi yang kabut
jari jemari tergelitik menggoreskan pena
terbiarkan kata-kata yang mengalir
beriring-iringan dengan nafas cinta, rindu, dan kasih
Oh.. Ayah.. Ibu,,
tak terbatas ingatanku kepada kalian
Jakarta, 25 November
Yang lemah tak berdaya
Piwi Bukhori
Pemuda itu menulis surat itu dengan berlinangan air mata tapi penanya sangat mantab, sesekali bulir-bulir air matanya membasahi kertas, cepat-cepat ia menyekanya dengan lengan bajunya. Ia tidak ingin merusak kertas suratnya. Ia lipat kertas itu dengan seksama, dimasukkannya dalam amplop merah marun yang sudah dipersiapkan sebelumnya sembari melafadzkan doa-doa kepada Allah, semoga surat itu dapat membuka mata hati orang tuanya agar mengerti apa maksud sejati anaknya.
Ia bersiap-siap ke kantor pos untuk mengirimkan surat itu. Gagang pintu kos itu dibukanya sembari melafadzkan
bismillahi tawakkaltu ‘alallah”
Pemuda itu pun terbangun dari mimpinya, semuanya berjalan seperti nyata. Mata yang masih sayu dan tubuh yang masih mengumpulkan nyawa berusaha bangkit dari tidurnya, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 02.30 WIB…
Ia yakin mimpi tadi adalah solusi atas permasalahannya yang diberikan Allah kepadanya. Tidak menunggu waktu lama, malam ini juga. Pemuda itu lekas menyiapkan kertas, segera menggoreskan tinta penanya dengan mantab, kali ini ia tidak sibuk mencari-cari pena.
Namun tiba-tiba lampu kamarnya mati.
Gelap
****


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16168/amplop-merah-marun/#ixzz1fL9xLmS6


Tags: Cerpen Islami

05 Desember 2011

Membangun Jiwa Kewirausahaan


2.1 Kepribadian Entrepreneur

Secara umum dapat dikatakan, bahwa manusia wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Ia senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun, manusia wirausaha mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Manusia wirausaha tidak suka bergantung dengan pihak lain di alam sekitarnya. Dalam setiap usaha memajukan kehidupan diri serta keluarga, manusia wirausaha tidak suka hanya menunggu uluran tangan dari pemerintah ataupun pihak lainnya di dalam masyarat.

Persoalan maju dan tidaknya kehidupan manusia, tergantung pada manusianya sendiri. Ia berusaha memperlengkapi diri dengan jiwa besar ataukah dengan jiwa kerdilnya. Berikut ini akan dibahas mengenai 3 kepribadian wirausaha [1].

1. Bermoral yang tinggi

Orang yang bermoral yang tinggi adalah orang yang memiliki sifat:

ü Taqwa terhadap Tuhan YME

Manusia wirausaha memiliki moral yang tinggi. Manusia yang bermoral tinggi bertaqwa kepada Tuhan YME. Manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan YME ialah manusia yang manusia yang bertanggung jawab kepada Tuhannya. Salah satu tanggung jawab manusia adalah dengan menyadari, mengingat dan bersyukur kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan anugerah dan kasih sayang-Nya.

ü Kemerdekaan Batin

Orang yang memiliki batin yang merdeka, tidak mengalami banyak gangguan, kekhawatiran serta tekanan-tekanan di dalam jiwanya. Dengan adanya kemerdekaan batin ini, maka tumbuhlah keberanian seseorang untuk berbuat dan berusaha untuk maju.

ü Keutamaan (prioritas)

Manusia yang bermoral tinggi mementingkan keutamaan. Dalam proses kehidupan pribadi, dalam diri seseorang terdapat dua alternatif kemauan. Keutamaan pribadi yang kuat memecahkan berbagai permasalahan hidup untuk menuju ke arah kesempurnaan.

ü Rasa Kasih Sayang terhadap Sesama Manusia

Manusia yang bermoral tinggi memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Manusia tidak hidup sendirian. Ia senantiasa harus hidup bersama orang lain. Orang yang berjiwa kasih sayang suka mempertimbangkan kebutuhan dan kemauan orang lain yang berbeda-beda. Kasih sayang terhadap sesama manusia dapat diwujudkan dengan perbuatan tingkah laku yang tidak menjerumuskan orang lain ke lembah penderitaan yang menyengsarakan.

ü Loyalitas terhadap Hukum

Kita hidup tidak akan terlepas dari pada hukum. Hukum itu sendiri adalah jalan hidup. Kita harus selalu sadar terhadap hukum, baik itu hukum alam, hukum adat, hukum perdata, hukum pidana, dan hukum lain agar kita tidak mengalami penderitaan akibat melanggar hukum yang berlaku,

ü Keadilan

Manusia yang bermoral tinggi memiliki sifat keadilan. Kita hidup dan bekerjasama dengan orang lain. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan bersikap adil, maka tidak akan ada yang merasa teraniaya.

2. Bersikap Mental Wirausaha

Selain itu, seorang wirausaha juga harus memiliki kepribadian yang kuat. Kepribadian mental yang harus dimiliki seorang wirausaha diantaranya:

1) Berkemauan Keras

Manusia yang bermental entrepreneur mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Setiap orang yang mempunyai tujuan dan kebutuhan tertentu dalam hidupnya. Ada pepatah mengatakan “bila ada kemauan pasti ada jalan”. Maka untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan harus memiliki kemauan keras untuk mencapai tujuan hidup.

2) Keyakinan Kuat atas Kekuatan Pribadi

Disamping berkemauan keras, manusia yang berjiwa entrepreneur memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya. Keyakinan akan memberikan harapan, kegairahan, serta semangat juang untuk bekerja atau berbuat kea rah yang tercapainya tujuan-tujuan dalam hidup kita.

3) Kejujuran dan Tanggung Jawab

Manusia yang berjiwa entrepreneur memiliki sifat kejujuran dan tanggung jawab. Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam berwirausaha adalah adanya kepercayaan dari orang lain terhadap dirinya. Agar seseorang memperoleh kepercayaan dan simpati dari orang lain dalam berusaha, maka ia harus memiliki sifat kejujuran dan tanggung jawab.

4) Memiliki Ketahanan Fisik dan Mental

Manusia yang berjiwa entrepreneur memiliki ketahanan fisik dan mental. Sering kita mendengar adanya manusia-manusia yang mudah menyerah terhadap tantangan dan permasalahan hidup. Mereka tidak mau maju dan bahkan gagal sebelum memulai. Untuk itu kita harus memiliki semangat dan tahan uji dari setiap tantangan dan penderitaan, baik lahir maupun batin untuk mencapai prestasi yang ingin dicapai.

5) Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras

Manusia entrepreneur memiliki ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha. Kemajuan dan kesuksesan hidup tidak dapat datang dengan semdirinya. Kemajuan dan sukses harus diperoleh melalui usaha dan kerja keras.

6) Pemikiran yang Konstruktif dan Kreatif

Manusia yang bersikap mental wirausaha memiliki pikiran yang konstruktif dan kreatif. Pemikiran yang konstruktif adalah membawa perbaikan terhadap setiap permasalahan hidup. Apabila kita membiarkan diri untuk berpikiran sempit dan berpikir secara picik maka kita akan lambat maju, cenderung statis dan bahkan semakin miskin, baik miskin jasmaniah maupun miskin rohaniah. Sebaliknya, manusia yang bersikap mental wirausaha lebih suka menggunakan pikiran secara konstruktif dan kreatif.

Pemikiran orang wirausaha senantiasa membawa perbaikan/ pembaharuan/inovasi serta dapat menjawab setiap tantangan zaman.

3. Peka terhadap Arti Lingkungan

Wirausaha harus dapat mengenal lingkungannya. Dengan pengenalan terhadap lingkungan, memungkinkan manusia dapat mendayagunakan secara efisien untuk kepentingan hidupnya. Manusia wirausaha adalah manusia yang peka/sensitif terhadap arti lingkungan terhadap hidupnya. Dengan mengenal arti lingkungan hidup, ciri-ciri serta manfaatnya, maka kita diharapkan akan memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan itu. Dengan memiliki kepekaan arti lingkungannya, maka wirausaha akan lebih berhasil di dalam menyusun strategi serta bentuk usaha, atau barangkali pelayanannya bagi orang-orang lain yang meng-harapkan bantuannya.

Agar manusia memiliki kepekaan lingkungan, maka ia harus belajar untuk mensyukuri segala apa yang ia peroleh dan miliki. Segala apa yang dicapai adalah berkat anugerah Ilahi. Oleh karena itu kita harus tahu mensyukuri diri, mensyukuri sang waktu, tempat dan lingkungan kita. Dengan bersyukur, maka kita akan lebih waspada terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan lebih dari itu kita akan mampu mengenal arti dan makna dari lingkungan kita.

Manusia wirausaha memiliki keinginan yang besar untuk mengetahui potensi serta sumber-sumber ekonomi lingkungan setempat. Wirausaha mempunyai keinginan besar untuk menggali dan mengolah sumber-sumber ekonomi lingkungan secara produktif. Setiap sumber ekonomi, baik itu berupa tanah, tenaga kerja, flora, fauna dan barang yang bernilai ekonomis akan sedapat mungkin mau diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan barang-barang konsumsi secara kontinyu dan mengalami peningkatan hasil.

Manusia wirausaha juga pandai menghargai dan memanfaatkan waktu. Waktu merupakan modal berharga bagi kehidupan manusia. Manusia tidak dapat menyewa, mengontrakm atau membeli waktu yang banyak menurut keinginannya. Waktu juga tidak bisa ditawar. Para pekerja, terlebih-lebih mereka yang bekerja konseptual atau intelektual lebih banyak membutuhkan waktu daripada mereka yang bekerja manual/otot. Waktu merupakan sumberdaya yang terbatas dan jikalau tidak dikelola dengan baik akan merugikan usaha manusia untuk sukses. Oleh karena itu manusia wirausaha harus pandai memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

2.2 Teknik Membangun Kepribadian Entrepreneur

Hal-hal yang diperlukan untuk menumbuhkan kepribadian entrepreneur dalam diri adalah :

ü Mengenali diri sendiri

Kita harus mengenali diri kita mengenai kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri kita. Tuhan menciptakan manusia dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Kekuatan diberikan untuk mengatasi kelemahan dalam diri.

ü Percaya pada diri sendiri

Kita harus percaya kepada diri sendiri bahwa kita memiliki potensi tersendiri yang tidak kurang kuatnya dengan apa yang dimiliki orang lain.

ü Mengetahui tujuan dan kebutuhan diri

Kita harus mengetahui dengan jelas terhadap tujuan-tujuan serta kebutuhan kita, dimana kita dapat mendapatkannya, bagaimana cara-cara untuk mencapainya, serta kapan target waktu untuk mencapainya.

ü Mendidik diri sendiri sehingga memiliki moral yang tinggi

Dengan perkataan lain, kita hendaknya belajar untuk memperoleh kemerdakaan batin; belajar untuk mementingkan keutamaan; mematuhi hukum yang berlaku dan belajar berlaku adil kepada sesama manusia.

ü Melatih disiplin diri sendiri (“Self-descplinne”)

Melatih disiplin diri dilakukan dengan: 1) membatasi keinginan kita, 2) melatih daya kemauan kita agar menjadi lebih kuat, 3) Berorientasi kepada tujuan dan kebutuhan hidup.

ü Menjaga kesehatan jasmani dan rohani

Kesehatan merupakan modal penting untuk hidup. Jika mempunyai kesehatan maka kita dapat melakukan aktivitas kita dengan baik. sebaliknya jika kita terserang penyakit maka hal ini akan menjadi beban dan mengganggu kelancaran usaha kita. Menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan menjaga pola makan dan olah raga secara teratur.

ü Melatih kesabaran

Kesabaran diperlukan untuk menghadapi orang banyak yang beraneka ragam, baik perangai maupun kebutuhannya. Jika kita tidak sabar dalam menghadapi orang banyak, maka simpati dan kepercayaan orang lain kepada kita akan berkurang. Untuk melatih kesabaran kita dapat ditempuh dengan: mendekatkan diri kepada Tuhan, memahami bahwa orang lain juga memiliki kepentingan, kebutuhan dan permasalahan dan hendaknya kita bekerjasama, bertenggang rasa dan saling menolong sesama.

ü Melatih Ketabahan

Dalam perjalanan hidup kita, banyak cobaan dan gangguan, baik dari dalam maupun dari luar. Untuk mengatasi cobaan tersebut maka kita harus melatih ketabahan antara lain dengan: memelihara pendirian bahwa kita harus sukses, maju dan mencapai tujuan kita serta memiliki pendirian yang uat dan melatih daya kemauan kita.

ü Ketekunan bekerja

Ketekunan bekerja ini terbina oleh adanya kemauan yang keras, kesabaran dan ketelitian dalam menempatkan diri ke dalam pekerjaan, relasi dan alam sekitarnya.

ü Keuletan berjuang

Orang yang memiliki keuletan berjuang adalah orang yang tidak mengenal lelah dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan hidup. Keuletan ini ditunjang oleh adanya kemauan yang keras, kepercayaan pada diri sendiri, disiplin diri serta ketahanan fisik dan mental.



[1] Wasty Soemanto, Pendidikan Wiraswasta, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 45.

04 Desember 2011

Tips Memaafkan Orang Lain


Kadang, ada saja ulah orang lain yang membuat kita kesal, bahkan membuat kita sakit hati sampai menaruh dendam padanya. Tidaklah mudah memaafkan orang tersebut dengan tulus. namun, pesan singkat dari Pak Mario Teguh, inspirator ku, mencerahkan aku kembali, yang aku baca sebelum tidur.. wuihh pas banget!

begini pesan dari beliau :

Malam ini, bebaskanlah hatimu dari dendam terhadap orang yang melukaimu hari ini, kemarin, dan di masa lalu.
Sesungguhnya, jika kau pikirkan dan ingat-ingat dengan lebih teliti, pasti ada orang-orang yang malam ini juga sedang marah dan dendam karena kau telah menyalahi mereka, baik sengaja atau tidak.
Maka lupakanlah tuntutanmu agar mereka yang bersalah segera dibalas dengan setimpal, karena itu juga yang mungkin sedang mereka doakan bagimu.

Maafkanlah kesalahan mereka dan bersihkanlah hatimu dari kemarahan, agar Tuhan juga memaafkanmu atas nama mereka yang pernah kau lukai.

Damailah dalam istirahatmu malam ini.

Hati yang mendendam tak dapat menerima ilham.

Mario Teguh - Loving you all as always


Intinya, maafkanlah, agar Tuhan mau memaafkanmu juga.. :D



Baca Juga: Manfaat Memaafkan untuk Kesehatan
Tags: Tips menghilangkan dendam