Sabtu,
8 Maret 2014 lalu, PKBM Alfa Husna kembali mengadakan study tour untuk
anak-anak Paket A, Paket B, dan Paket C. Pada awalnya kami berencana untuk
pergi ke Planetarium Jakarta, namun dikarenakan tidak kebagian tiket
pertunjukkan yang siang, kami memutuskan untuk mengganti tujuan, yaitu ke KOTA
TUA! Yay!
Sekitar
pukul 11.30, bus kami sampai di Kota Tua. Setelah sampai sana, kami langsung
bergegas menuju Museum Bank Indonesia yang letaknya dekat dengan stasiun Kota
dan Museum Mandiri.
Museum Bank Indonesia Sumber Foto: butuzone.com |
Ketika memasuki museum, terlihat arsitektur bangunan tua
yang khas, namun fasilitas di museum ini sangat baik. Sebelum masuk museum ini,
ada pemeriksaan barang bawaan pengunjung dan pengunjung wajib menitipkan
barangnya di tempat penitipan barang. Setelah melewati tahapan-tahapan itu,
rombongan kami siap memasuki museum lebih dalam. Kondisi museum masih baru dan
full AC, sehingga sangat nyaman untuk melihat-lihat koleksi museum. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah,
dengan fasilitas yang sedemikian baiknya ini, pengunjung tidak dipungut biaya
sepeser pun alias gratis. $_$
Mari kita telisik lebih
lanjut mengenai museum BI ini. Menurut yang dikutip oleh indonesiaexplorer.net,
awal mulanya bangunan objek wisata Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah
sakit umum yang bernama Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828,
bangunan tersebut di ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank
dengan nama De Javashe Bank. Selama satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun
1953 setelah 9 tahun kemerdekaan republic Indonesia, bangunan DJB di tetapkan
sebagai Bank Sentral Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia.
Selang 9 tahun kemudian yaitu pada tahun 1962, pemerintah Indonesia kemudian
memindahkan Bank Indonesia tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis,
sehingga tempat BI yang dahulu mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan
yang penting. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin
Abdullah meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang
dapat di akses secara mudah oleh masyarakat umum.
Koleksi Museum Bank
Indonesia
Metamorfosa Logo BI Sumber Foto: kotatuaku.com |
Di Museum Bank Indonesia ini kita bisa melihat
sejarah uang di Indonesia juga. Mulai
dari sistem barter dengan menggunakan rempah-rempah hingga sistem uang zaman
dulu yang masih berukuran lumayan besar dan bertuliskan 'kupon'.
Disana juga komputer kecil yang didalamnya kita
bisa menonton video mengenai percetakkan uang. Menarik sekali.
Kami pun memasuki ruangan lain, yaitu ruang
emas moneter. Disini seperti kita memasuki sebuah ruangan misterius dan
menemukan bongkahan emas berkilau. Seperti di film-film. Hahaha.
Serasa menemukan harta karun emas :D |
Kilaunya emas sangat terlihat di ruangan ini, sehingga kami menyempatkan untuk berfoto sebentar.. hehehe |
Namun, ini hanya replika dari koleksi emas Bank
Indonesia saja, walaupun bukan emas asli, namun tampilan dan beratnya juga
disamakan dengan emas asli dengan kadar emas 99.99%. Pengunjung juga bisa
merasakan langsung memegang sebatang emas ya beratnya 13,5 Kg. Kalau kata Mas
Tora itu sebatang emas kalo dijual bisa buat beli rumah gede. Hahaha.
Selain itu, di museum ini juga ada banyak
koleksi uang dari mancanegara. Lengkap kalau ingin belajar tentang sejarah bank
Indonesia dan uang Indonesia itu sendiri di museum ini. Karena sejauh mata
memandang uang, uang, uang dan uang. Jangan heran kalau habis berkunjung dari
museum ini mata pengunjung jadi mata duitan semua. Hahaha! Mr. Krab pasti suka
sekali ke museum ini. $_$
Uang zaman dahulu |
Melihat koleksi uang koin dengan menggunakan kaca pembesar |
Koleksi uang zaman dahulu |
Meitry dengan Koleksi uang mancanegara |
Setelah kami puas berkeliling museum ini, kami
beristirahat dan sholat di masjid museum ini. Masjidnya pun cukup besar dan
nyaman. Benar-benar puas.
Rombongan PKBM Alfa Husna |
Setelah shalat dan istirahat sebentar, kami
menyempatkan untuk foto bersama sebelum melanjutkan perjalanan ke Museum
Wayang.
Dari Museum Bank Indonesia, kami berjalan kaki
menuju museum Wayang.
Museum Wayang Sumber: wisata.kompasiana.com |
Sekitar 8 menit berjalan kaki, kami sampai di
Museum Wayang. Untuk memasuki museum ini, pengunjung dikenakan biaya Rp5.000/
orang, namun dikarenakan kami pelajar maka dikenakan tarif pelajar Rp
2.000/orang. Cukup hemat kan?
Di museum ini memang tidak sesejuk di museum
Bank Indonesia, namun koleksi disini tak kalah menarik. Di museum wayang
terdapat berbagai jenis wayang Indonesia yang sangat terkenal. Ada wayang
kulit, wayang golek, dan boneka Indonesia seperti boneka si Unyil dan
ondel-ondel.
Uniknya, saya baru lihat kalau
ondel-ondel itu tidak hanya dari Betawi saja, tapi ada ondel-ondel Batak juga
lho. Hihihi.
Selain itu, disini juga banyak boneka-boneka
dari luar negeri, yang menurut saya ada beberapa yang tidak lucu, tapi malah
seram. Hiiii….
Foto sama Boneka Cantik dari Rusia Foto: Koleksi Pribadi |
Setelah berputar-putar melihat koleksi boneka
dan wayang di museum ini, kami bersiap melanjutkan perjalanan ke museum
Fatahilah, namun sayangnya museum ini sudah tutup karena sudah sore.
Tapi, berkunjung ke 2 museum sudah membuat kami
cukup lelah namun sangat puas. Karena itu, kami kembali ke rumah dengan hati
senang.
Lain kali, semoga kami bisa berkunjung ke
museum-museum lain, karena hanya di museum kita bisa mengetahui dan mempelajari
lebih dalam mengenai sejarah dan budaya negeri kita tercinta ini.
Ayo ke museum!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write down your comment here / Tulis Komentar disini