20 Oktober 2013

Mendidik Anak Usia Dini

Tulisan ini ditujukan untuk para ibu muda dan para calon ibu. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan untuk kita semua.

source: www.jazakallah.in

Pentingnya pendidikan untuk anak usia dini sudah banyak disadari oleh orang tua. Tak heran jika banyak orang tua rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk memasukkan anak balita/batitanya ke sekolah yang bahkan lebih mahal biayanya dibanding biaya SD yang saat ini sedang menjamur dimana-mana, preschool dan sejenisnya.

Memang, pentingnya pendidikan sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mengingat pendidikan memegang peran penting dalam pembentukan karakter anak, terutama sejak usia dini. Di sekolah anak akan belajar banyak hal, seperti kemandirian, kreativitas, bersosialisasi dengan orang lain, percaya diri, dan bahkan spiritual.

Kemandirian,
Di sekolah anak dibimbing untuk menyelesaikan masalahnya sendiri (tanpa orang tua) dan belajar untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri, seperti menempel, mewarnai, makan, minum dan pekerjaan lain yang dapat dikerjakan sendiri tanpa bantuan baby sitter dan hanya dibantu oleh guru seperlunya.

Kreativitas
Di sekolah anak diajarkan mengenai cara menggambar, mewarnai, bernyanyi, menari, bercerita dan membuat karya sendiri, sehingga ia terbiasa untuk mengasah otaknya untuk membuat seni yang kreatif.

Bersosialisai dengan orang lain,
di sekolah anak akan bertemu dengan banyak orang, hal ini penting untuk membiasakannya bersosialisasi, berbagi dan bermain bersama anak yang lain, anak belajar untuk bergembira bersama orang lain. Ada teman-teman yang sebaya, ada yang usiaya lebih tua dan juga lebih muda, mereka akan belajar bagaimana menyayangi dan menghormati orang lain.

Percaya diri
Di sekolah anak juga belajar bagaimana ia menceritakan pengalaman dengan orang lain dengan percaya diri di depan kelas, juga bisa belajar tampil di depan umum seperti bernyanyi, menari, atau fashion show di depan umum.

Spiritual
usia anak yang masih dini memudahkan mereka menyerap segala sesuatu dari luar. Ia belum mengetahui hal baik atau buruk. Semua tergantung dari lingkungannya. Sehingga sangat penting untuk anak diberikan pendidikan spiritual seperti pendidikan agama, misalnya belajar menghafal doa-doa harian, surat-surat dalam kitab suci, atau pengetahuan dasar agama lainnya.

Peran Sekolah vs Peran Orang Tua

Pembentukan kepribadian anak memang dapat dilakukan di sekolah. Namun, peran orang tua terhadap kepribadian anak jauh lebih besar dibandingkan sekolah. Di sekolah, anak hanya mendapat pendidikan 2-3 jam, sedangkan sisanya berada di luar sekolah. Oleh karena itu, orang tua sangatlah mempunyai peran yang besar dalam mendidik anak. Namun, kenyataannya, saat ini sangat banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan urusan karir mereka sehingga 'melempar' tanggung jawab mendidik anaknya ke sekolah, sehingga ia berani membayar mahal untuk membayar orang lain mendidik anaknya.

Memang, tuntutan biaya hidup yang saat ini sangat besar menuntut kedua orang tua bekerja di luar. Bahkan, peran seorang ibu yang paling penting pun serasa terabaikan. Banyak orang yang menganggap jika peran ibu rumah tangga sangat sepele sehingga dapat digantikan oleh pembantu rumah tangga atau orang lain.

Saya mempunyai beberapa pengalaman dari pengamatan saya (sebagai guru preschool) tentang pentingnya peran seorang ibu terhadap keperibadian anak:

Ada anak laki-laki berusia kurang lebih, 3 tahun. Ia terlahir di keluarga yang sangat mampu (kelas menengah ke atas). Orangtua anak itu saya yakin adalah orang yang berpendidikan tinggi sehingga mereka sadar akan pentingnya pendidikan bahkan sejak dini. Kedua orangtuanya bekerja di kantor. Ia dirawat oleh seorang baby sitter. Karakter anak ini adalah peniru yang ulung. Sehingga apapun yang orang lain lakukan ia akan mudah menirunya. Suatu ketika saya mendapati anak ini berbicara kasar jika sedang kesal. Kasar, sangat kasar. Sehingga saya sangat kaget. Apakah anak ini tahu bahwa kata-katanya kasar dan tidak pantas? Tidak, dia belum tahu apa-apa, ia hanya meniru. Meniru dari mana? Setelah saya perhatikan, ternyata ia bergaul dengan seorang anak yang kurang sopan dalam berbicara. Saya rasa memang pengawasan dari orangtuanya masih kurang.

Ada juga, seorang anak laki-laki usianya 5th, ia di asuh oleh ibunya sendiri, ibunya seorang ibu rumah tangga, dan mendidiknya dengan tidak lembut jika ia melakukan kesalahan. Tidak jarang ibunya mengomelinya di sekolah bahkan di depan gurunya. Ibu itu masih mengira kalau cara mendidiknya itu bagian dari pendisiplinan dan tidak salah. Saya mengajak anak itu bicara dan menanyakan apakah di rumah sering dimarahi oleh ibu? Anak itu menangguk, dan berkata: “bunda jahat, bundanya jahat sering ngomelin aku.” saya kaget mendengarnya. Saya tidak menyangka jika anaknya ternyata berfikiran seperti itu. Mau dibilang itu demi disiplin anak, tetap saja anak kenalnya baik dan jahat seperti yang ada pada buku cerita dan film yang ia tonton. Maukah kita dikenang anak sebagai bundanya yang jahat?

Masih banyak kasus lain, seperti saat orang tua bekerja, ternyata anaknya diajak untuk mengemis oleh pengasuhnya. Ada juga yang diajak memulung sampah. Itu yang ketahuan, bagaimana yang tidak ketahuan? Ayah Bundanya banting tulang kerja keras di luar demi membeli susu, tapi di rumah ternyata anak terbengkalai? Lalu apa gunanya kerja keras itu sendiri? Dapatkan uang yang sudah susah payah dikumpulkan itu digunakan untuk mengulang sesuatu yang sudah terjadi?

Seorang anak, menyimpan banyak memori di kepalanya. Semua pengalamannya disimpan dengan baik dikepalanya hingga ia besar nanti. Ia akan ingat siapa-siapa orang yang berperan dalam hidupnya. Ia akan ingat siapa yang mengajarkannya menggambar, membaca, menari, mewarnai, makan, berdoa, dan hal-hal lainnya. Ia ingat dan selalu mengenang di dalam hatinya. Termasuk, siapa saja yang memarahi dia, yang memukul, mencubit, bahkan memelototi dia. Dia melabel siapapun yang menyentuh kehidupannya hingga besar nanti.

Ibu, seharusnya ialah orang yang paling anak sayangi karena darinya ia belajar bagaimana menyayangi tanpa pamrih. Ia belajar bagaimana mudahnya memaafkan kesalahan orang lain. Walaupun ia sering menyakiti ibu, namun ibu dapat melupakan kesalahannya dan tetap memanjakannya lagi. Ibu, yang membelanya jika dimarahi ayah. Ibu, tempat mengadu segala kejadian tanpa takut dihakimi bahwa si anak salah. Ibu, yang memberikan penjelasan mengapa ini boleh dilakukan mengapa tidak boleh. Semua kenangan indah ada pada ibu. Lalu, bagaimana jika justru ibu yang memaki dan memarahi jika ia melakukan kesalahan? Bagaimana jika justru ibu yang terus menyalahkan perilakunya tanpa penjelasan pemahaman yang baik? Bagaimana jika tempat mengadu itu ternyata tidak ada dan sangat sibuk dengan karirnya di luar yang katanya demi membeli susu anak? Terbayangkah anda jika ternyata hanya kenangan buruk yang terngiang dikepala si anak? Apakah anda pernah mendengar: Ibu, aku lebih baik tidak minum susu, yang penting ibu tidak pergi? Mengapa mereka berkata seperti itu? Karena ia butuh sosok yang lembut yang dengannya ia merasa aman dan selalu terlindungi. Jangankan anak kecil, sudah usia dewasa pun kita masih ingin bermanja dengan ibu kita, bukan?

Ibu, seharusnya adalah sumber inspirasi terbesar seorang anak. Bagaimana jika seorang anak lebih dekat dengan neneknya atau bahkan dengan pembantunya. Bagaimana jika ia lebih percaya pembantunya dibanding dengan ibunya? Pernahkah kita memikirkannya? Semoga para ibu (dan juga calon ibu) mau untuk berfikir lagi dan mendengarkan kata hatinya lagi bahwa dirinya sangat penting untuk selalu disisi anak sebagai penanaman karakter dan pemahaman anak terhadap kehidupan ini yang ia tidak tahu sampai kapan ia dapat bersama putra/putrinya itu. Bukankah manis sekali jika semua moment penting anak, disaksikan juga oleh ibu?

Bagaimana dengan karir dan pendidikan yang sudah susah payah dibangun selama ini harus ditinggalkan begitu saja? Apakah kebersamaan dan kedekatan dengan anak serta pengalaman-pengalaman bersama anak bisa dibeli dengan uang? Uang tak terasa sudah menumpuk, karir sudah melesat jauh, usia kian bertambah, dan anak pun membesar, jika tak ada pengalaman yang mengesankan dan mendalam untuk anak, untuk apa semua itu? Sekali lagi, peran ibu sangat amat penting untuk pertumbuhan kepribadian anak.

Mau kan Anda sebagai ibu adalah kata pertama yang disebut anak dalam doanya?
Mau kan Anda sebagai ibu adalah sosok yang pertama dicari anak ketika bangun tidur dan sebelum tidur?

Kesimpulannya adalah, jangan sampai seorang ibu memberikan pendidikan yang salah kepada anak, jangan sampai anak dididik oleh orang yang salah juga, misalnya oleh pengasuh yang salah, kalaupun terpaksa harus menitipkan anak ke orang lain, pilihlah orang yang benar-benar tepat karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kepribadian anak yang berpengaruh pula pada masa depannya.

Abdullah bin Abbas  Ra. Menyampaikan bahwa Rasulullah saw. Berkata ,  Sayangi-lah anak-anak-mu  dan berilah mereka pendidikkan yang pantas “. ( HR. Ibnu Majah )

Wallahu'alam..


Aktivitas di Preschool - Me with My Little Students
Source: FunKidz Preschool

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write down your comment here / Tulis Komentar disini