10 Juli 2012

Janji itu Utang?


9 Juli 2012 23:28
Oleh: Isna Hanifah


Janji atau promise adalah harapan yang kita berikan kepada orang lain. Jadi jika kita sudah berjanji dengan orang itu maka kita sudah memberikan harapan 100% kepadanya. Dalam Islam, jika kita mau berjanji maka janji itu harus kita tepati karena janji adalah hutang. Hutang itu harus dibayar atau dilunasi.

Insya Allah

Insya Allah artinya jika Allah menghendaki. Dalam Islam, seseorang dilarang mengucapkan besok saya akan …. Kecuali dengan kata Insya Allah. Karena segala sesuatunya itu harus dengan seizin Allah, kita tidak boleh mendahului takdir. Kita tak pernah tau kondisi kita atau keadaan esok hari yang masih dalam genggaman-Nya. Kita tidak pernah tau apakah esok hari kita sehat, atau ada keperluan yang lebih penting, atau bahkan esok hari kita sudah tiada. Semuanya masih rahasia-Nya, semuanya belum terjadi dan tak ada satupun dari kita yang mengetahui dengan pasti keadaan hari esok.

Anehnya, sering kali kata “Insya Allah” disalah artikan oleh kebanyakan orang. Kata “Insya Allah” menjadi kata untuk mewakili kata ragu atau mewakili kata “tidak”, karena tidak enak menolak tawaran atau janji maka keluarlah kata “Insya Allah”. Misalnya, si A di undang oleh si B datang ke rumahnya pada hari Selasa, namun si A malas ke rumah si B, jadilah si mengucapkan “insya Allah yak!”. Keesokan harinya si A benar-benar tidak datang ke rumah si B, tentu saja si B merasa kecewa karena si A tidak datang.  Ketika ditanya dia menjawab, “kan gue bilang insya Allah.”

Penyelewengan atau penyalah artian kata insya Allah ini berdampak ketika diucapkan oleh orang yang benar-benar berjanji. Misalnya, si X bertanya kepada si Y, “Y, besok bisa ga anterin gue ke toko buku?” jawab si Y, “bisa, insya Allah” kata si X “kok insya Allah? Yang pasti dong! Kalo loe ga bisa kan gw bisa minta temenin yang laen.”  Lalu, si Y menjawab “iya bisa, besok gue ga ada agenda kemana-mana.” Kata Insya Allah menjadi kata yang terdengar meragukan, tidak sungguh-sungguh.  Padahal maksud dari si Y benar, Tapi jika berjanji tidak dengan kata insya Allah, apabila janji itu batal maka akan terasa sangat mengecewakan. Misalnya saja si Y tadi menjawab, “bisa kok.”  Kemudian keesokan harinya terntara harus ke kantor karena mendapat perintah bossnya.  Lalu si Y membatalkan janji itu keesokan harinya. Kata si X, “Yah, lo kan udah janji kemaren mau nganterin gue.” “Iya mau gimana lagi, bos gue yang minta.” Si X akhirnya merasa kecewa. Disitulah, fungsi dari kata Insya Allah sebenarnya. Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok, dan yang diluar kuasa kita.

Mengenai janji ini, seharusnya yang terpenting adalah kesungguhan untuk menepatinya dan kata Insya Allah wajib kita ucapkan ketika kita berjanji. Ketika kita mengucapkan insya Allah artinya kita sudah berjanji atas nama Allah dan 99% kita akan sungguh-sungguh menunaikan janji itu, dan 1% mungkin gagal jika Allah tidak mengizinkan. Jadi misalnya kita mau berjanji maka ucapkanlah,
“Ok. Insya Allah, gue usahain besok dateng.”  Atau
“Insya Allah gue dateng ke rumah lo jam 7 ya!”
Sehingga lawan bicara kita yakin kita akan menepati janji kita, tapi dia mendengar kata Insya Allah, karena pada dasarnya semua orang mengerti bahwa semua hal itu harus dengan izin-Nya.

Jika ragu, maka jelaskan lah sejelas-jelasnya dengan lawan bicara kita:
“sepertinya bisa, tapi gue ga janji ya bisa dateng ke rumah lo atau ga, soalnya sepertinya besok gue harus ke kantor deh.. tapi insya Allah gue sempetin.”
Jika memang benar2 tak ada niat dan tak memungkinkan untuk membuat janji, jangan sekali-kali berjanji, jangan membuat harapan palsu. Katakan secara halus. Dari pada harus berbohong dan kemudian membuat kecewa orang lain.
“sorry banget, gue lagi banyak banget kerjaan nih, jadi ga bisa maen ke rumah lo.”

Jangan katakan apapun untuk basa-basi, apalagi berbohong untuk menyenangkan hati orang lain jika pada akhirnya anda tahu bahwa anda tak akan pernah memenuhi janji itu.
Jangan lupa, jika kita mau membatalkan sebuah janji, maka kita harus mengkonfirmasi dan meminta maaf. Karena pembatalan sebuah janji itu bukanlah perkara yang sepele. Mintalah maaf dan carikan solusinya.

Nah, itu dari pembuat janji, bagaimana cara kita membaca kesungguhan orang lain dalam berjanji. Misalnya, teman kita mengucapkan : “Insya Allah ya..” itu sudah terdengar ragu-ragu, jangan kita menyangkal : “kok insya Allah sih” orang itu sudah benar mengucapkan kata Insya Allah, yang harus kita lakukan adalah menanyakan kesungguhannya dengan pasti, menghindari rasa kecewa jika memang janji itu benar-benar tidak ditepati. Tanyakan pada orang itu: "Berapa persen kira-kira kesanggupan lo menyanggupi tawaran gue?" Nanti orang itu akan menjawab: hmm mungkin 50%, artinya orang tersebut sangat ragu-ragu. Jika sudah ragu-ragu seperti ini sebaiknya, anda mengambil yang terburuk saja, anggap saja dia tidak menyanggupi, daripada anda akhirnya kecewa.

Sebenarnya, dari soal janji ini kita dapat membaca karakteristik orang lain. Ada yang menganggap enteng sebuah janji, ada pula yang sangat memegang janji  itu (walaupun orang yang dijanjikan itu lupa atau tidak terlalu serius). Jika orang yang menganggap enteng dari sebuah janji, bisa jadi orang tersebut tidak dapat dipercaya, kepercayaan dari orang-orang disekitarnya meluntur akibat seringnya ia membatalkan janji sehingga membuat kecewa orang lain. Lain halnya dengan orang yang selalu memegang janjinya, dia adalah orang yang dapat dipercaya dan dia  tahu bagaimana rasanya ‘kecewa’  maka dia tidak mau mengecewakan orang lain.  Kepercayaan itu mahal harganya dan sangat sulit membangun kepercayaan yang utuh kembali jika kita sudah mengecewakan orang lain.

Tapi, kita juga harus realistis, karena segala sesuatu itu harus dengan izin Allah, manusia sama sekali tidak mempunyai kuasa untuk menentukan takdir. Jadi apabila ada janji yang memang tak dapat ditepati, terimalah dengan ikhlas, karena itu sudah ketentuan-Nya, manusia hanya berencana, Tuhan yang menentukan.

Ini adalah masalah janji dengan manusia, lalu bagaimana soal Janji kita dengan Allah? Tentu saja itu lebih serius lagi. Hati-hati dengan janji. Janji adalah hutang. Janji adalah tanggung jawab. Pegang janji kita, jangan sampai kita di cap sebagai orang yang humbar janji alias ‘omdo’ alias omong doang.

Renungi quote berikut ini :

Kepercayaan itu penting. Sekali saja janji itu dilanggar, kata 'maaf' sudah tak ada artinya. - Drake (source: 
http://www.greatfacebookquotes.com)

Tulisan ini aku dedikasikan untuk aku sendiri yang sedang dikecewakan dengan pembatalan janji tanpa konfirmasi, hahaha tapi sekarang sudah jelas kok.. ^_^ V
Makasih banget buat orang yang pernah mengajarkan kepadaku tentang arti sebuah janji. Orang itu mengatakan:
Kalo gue udah janji, pasti gue tepatin. Janji itu utang.
Kurang lebih begitu orang tersebut mengatakannya.
JLEB!  It’s simple but really meaning full. Ditengah banyak orang yang menganggap enteng janjinya, ternyata ada orang yang dengan sungguh-sungguh mau menepati janjinya, meskipun janjinya itu sepele.

Aku selalu salut dengan orang yang komitmen dengan janjinya!

Aku paling takut membuat orang lain kecewa, karena kecewa itu rasanya daleemm banget dan susah banget benerinnya lagi, akan selalu diingat rasa kecewa itu, walaupun sudah dimaafkan tapi perilaku yang mengecewakan akan membekas dan diingat selamanya.
Jika dikecewakan dengan orang lain, aku selalu ingat nasihat:

Jika ada perbuatan orang lain yang tidak mengenakkan, kamu sedang diingatkan untuk tidak melakukan hal yang sama.

Terima kasih untuk semua nasihat-nasihat itu. Dan ribuan maaf untukmu yang pernah aku kecewakan. Please, forgive me… T_T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write down your comment here / Tulis Komentar disini