16 Maret 2009

Laporan Observasi UASBN MI Al Ikhlash


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi. 

Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah. Untuk ujian nasional pada tingkat sekolah dasar disebut dengan istilah UASBN. UASBN adalah singkatan dari Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. Kemunculannya didasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 39 Tahun 2007, tanggal 16 November 2007. Menurut pasal 1 (1) pada Permendiknas tersebut dijelaskan, bahwa UASBN adalah ujian nasional yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa. Dengan demikian, UASBN khusus dilaksanakan pada SD/MI/SDLB, sedangkan untuk SMP ke atas tetap ujian nasional (UN).  
  Pada tataran operasional, UASBN berpedoman pada Keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 983/BSNP/XI/2007, tentang Prosedur Operasional Standar (POS) UASBN untuk SD/MI/SDLB Tahun Pelajaran 2007/2008.
  Pelaksanaan UASBN sendiri merupakan pelaksanaan amanat PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang menyebutkan bahwa ujian nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya PP. 
UASBN baru diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008 dan pada tahun ini memasuki tahun ke dua setelah sebelumnya dalam tingkat sekolah dasar tidak ada ujian nasional namun diberlakukannya General Test. Dalam laporan observasi ke sekolah ini akan dibahas mengenai pelaksanaan UASBN di MI Al Ikhlash.
 
1.2 Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, Penulis mengidentifikasi masalah yang perlu antara lain.
1. Apa yang dimaksud dengan UASBN?
2. Bagaimanakah pelaksanaan UASBN?
3. Apakah tujuan pemerintah mengadakan UASBN?
4. Bagaimana penerapan UASBN di MI Al Ikhlash?
5. Apakah UASBN sudah efektif diadakan di MI Al Ikhlash?
6. Apa saja persiapan yang dilakukan MI Al Ikhlash untuk menghadapi UASBN?
7. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi MI Al Ikhlash dalam persiapan UASBN?

1.3 Tujuan Penulisan
 
Tujuan penyusunan laporan observasi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pelaksanaan ujian nasional di tingkat sekolah dasar.
2. Mengetahui penerapan UASBN di MI Al Ikhlash.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi ini adalah :
1. Studi Pustaka, (memperoleh informasi dari buku dan internet)
2. Observasi
3. Wawancara

1.5 Sistematika Penulisan

Agar data tersusun secara sistematis maka laporan ini disusun dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penelitian
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian UASBN
2.2 Pelaksanaan UASBN
2.3 Tujuan UASBN
2.4 Pelaksanaan UASBN di MI Al Ikhlash
  2.4.1 Profil MI Al Ikhlash
  2.4.2 Penarapan UASBN di MI Al Ikhlash
  2.4.3 Persiapan UASBN di MI Al Ikhlash
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian UASBN

UASBN adalah singkatan dari Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. Kemunculannya didasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 82 Tahun 2008. Menurut pasal 1 (1) pada Permendiknas tersebut dijelaskan, bahwa UASBN adalah ujian nasional yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa. 
  Pada tataran operasional, UASBN berpedoman pada Keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 983/BSNP/XI/2007, tentang Prosedur Operasional Standar (POS) UASBN untuk SD/MI/SDLB Tahun Pelajaran 2007/2008.
  Pelaksanaan UASBN sendiri merupakan pelaksanaan amanat PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang menyebutkan bahwa ujian nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya PP.
  Dengan lahirnya Permendiknas tentang UASBN, maka mulai tahun 2007/2008, tahun ini memasuki tahun kedua, pada jenjang pendidikan sekolah dasar sudah mulai dilaksanakan ujian nasional sebagaimana jenjang di atasnya. Hanya saja, ujian nasional yang dilaksanakan baru dalam taraf “berstandar”, sedangkan dalam banyak karakteristik masih lebih bersifat ujian sekolah. 
  Materi UASBN meliputi tiga mata pelajaran, masing-masing Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada ujian ini, materi yang disajikan merupakan perpaduan dari materi yang disediakan BSNP sebanyak 25 persen, dan sisanya 75 persen disiapkan oleh tingkat provinsi. Soal dari BSNP disusun oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) pada Balitbang Depdiknas, sedangkan soal dari provinsi disusun oleh guru yang mewakili setiap kabupaten/kota.
  Dengan demikian dapat dipandang, bahwa UASBN adalah “semi UN”, atau UN yang masih akomodatif terhadap kondisi lokal. Hal ini patut dipahami, karena bagi jenjang SD, ujian nasional memang baru pertama dilaksanakan sejak beberapa dekade terakhir, sehingga memerlukan masa adaptasi dan transisi. Di samping itu, sesungguhnya sampai sekarang masih banyak orang yang memperdebatkan perlu-tidaknya pelaksanaan ujian pada jenjang SD, karena jenjang tersebut merupakan bagian dari pendidikan dasar. Pada sisi lain, ujian nasional pun masih banyak mendapat penentangan dari berbagai pihak, dengan dalih bertentangan dengan otonomi sekolah dan pendidik.
 
2.2 Pelaksanaan UASBN 
  UASBN dilaksanakan dengan mekanisme yang relatif baru. Penyelenggara tingkat kabupaten/kota akan memiliki peran yang sangat besar. Hal ini bertolak belakang dengan pelaksanaan ujian di SD selama ini, dimana kabupaten tidak terlibat secara langsung, kecuali pengawasan dan pembinaan.
  Pada UASBN, penyelenggara tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan sejak pendataan, pembuatan database peserta, penetapan sekolah penyelenggara, sampai dengan melaksanakan pemindaian (scanning) hasil ujian, dan mengirim hasil pemindaian ke penyelenggara tingkat provinsi. Pembuatan database digital dan pemindaian merupakan kerja baru yang cukup berat, karena di samping membutuhkan perangkat keras yang memenuhi spesifikasi khusus, juga memerlukan tenaga dengan SDM yang memadai.
  Pada pelaksanaan UASBN, hal baru yang muncul adalah penggunaan lembar jawab komputer (LJK) oleh peserta. Kendati LJK UASBN tidak serumit pada umumnya, karena peserta cukup menyilang, namun penggunaan LJK bagi siswa merupakan pengalaman baru yang memerlukan pembimbingan khusus.
  Menilik materi ujian maupun tata cara pengisian jawaban pada UASBN, memang nampak perlu adanya persiapan yang ekstra dari semua pihak. Sekolah perlu memberikan bekal kemampuan yang cukup, orang tua perlu memberikan perhatian lebih, sedangkan kabupaten menyiapkan segala perangkat dan pelaksananya. Ujian memang kerja besar yang perlu peran serta segenap stakeholders pendudukan.
2.3 Tujuan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 82 Tahun 2008 tentang UASBN untuk SD/MI/SDLB Pasal 3 disebutkan bahwa UASBN bertujuan untuk:
a. menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam; dan
b. mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu.


 
2.4 Pelaksanaan UASBN di MI Al Ikhlash
2.4.1 Profil MI Al Ikhlash
Nama Sekolah : MI Al Ikhlash
Propinsi : DKI Jakarta
Kecamatan : Pasarminggu
Kelurahan : Jatipadang
Jalan : Karangpola VII 
Kelompok Sekolah : Swasta
Telepon : (021) 7802950

 Visi :
Terwujudnya akhlaq mulia, berprestasi, serta berwawasan global yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
 
 Misi :
a. Menanamkan aqidah melalui pengamalan ajaran Islam
b. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan
c. Mengembangkan kaidah-kaidah Islam dalam proses pembelajaran
d. Menjalin kerjasama antara warga sekolah dan lingkungan

Tujuan Pendidikan:
a. Mengamalkan ajaran Islam hasil proses pembelajaran dan pembiasaan.
b. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
c. Menerapkan hasil pembelajaran dan pembiasaan
d. Menjadi Madrasah yang diminati masyarakat

2.4.2 Penerapan UASBN di MI Al Ikhlash

A. Kelulusan UASBN di MI Al Ikhlash

Menurut Pasal 7 pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 82 Tahun 2008 disebutkan bahwa dalam pelaksanaan UASBN, setiap satuan pendidikan yang peserta didiknya mengikuti UASBN bertanggung jawab untuk:
a. Menetapkan kriteria kelulusan UASBN;
b. Menetapkan dan mengumumkan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan
c. Menerbitkan SKHUASBN yang telah diisi oleh penyelenggara UASBN Tingkat Provinsi.

Pada tahun pelajaran 2007/2008 MI Al Ikhlash menetapkan kriteria kelulusan sebagai berikut:
a) Untuk mata pelajaran Matematika standar kelulusannya adalah 2,5  
b) Untuk mata pelajaran IPA standar kelulusannya adalah 3,0
c) Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia standar kelulusannya adalah 3,0.

Sedangkan untuk tahun pelajaran 2008/2009 sampai saat penulisan laporan ini belum ditentukan namun diperkirakan standar nilai kelulusan akan ditingkatkan. Tingkat kelulusan di MI Al Ikhlash pada tahun pelajaran 2007/2008 kemarin mencapai 100% LULUS.

Jumlah butir soal dan alokasi waktu UASBN adalah sebagai berikut :
No Mata Pelajaran Jumlah Butir Alokasi Waktu
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit
2 Matematika 40 120 menit
3 Ilmu Pengetahuan Alam 40 120 menit

Soal UASBN dibuat oleh penyelenggara UASBN Tingkat Pusat sebanyak 25 % dan penyelenggara UASBN Tingkat Provinsi sebanyak 75%.

B. Jadwal UASBN 2009
1. UASBN terdiri atas UASBN Utama dan UASBN Susulan
2. UASBN susulan hanya berlaku bagi peserta didik yang sakit atau berhalangan dan dibuktikan dengan surat keterangan yang sah.
3. Jadwal pelaksanaan UASBN sebagai berikut :
No Jenis UASBN Hari, Tanggal Pukul Mata Pelajaran
1. UASBN Utama Senin, 11 Mei 2009 08.00 – 10.00 Bahasa Indonesia
 UASBN Susulan Senin, 18 Mei 2009  
2 UASBN Utama Selasa,19 Mei 2009 08.00 – 10.00 Matematika
 UASBN Susulan Selasa,19 Mei 2009  
3. UASBN Utama Rabu, 13 Mei 2009 08.00 – 10.00 IPA
 UASBN Susulan Jumat, 22 Mei 2009  

C. Ruang UASBN
Ruang Ujian UASBN di MI Al Ikhlash mengikuti peraturan Keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Nomor 1514/BSNP/XII/2008 tentang Prosedur Operasi Standar (POS) UASBN untuk SD/MI/SLB mengenai Persyaratan Ruang UASBN adalah sebagai berikut :
1. Ruang kelas yang digunakan aman dan memadai untuk UASBN;
2. Setiap ruang ujian ditempel kertas yang bertuliskan ”dilarang masuk selain peserta ujian dan pengawas”
3. Setiap ruang ditempati paling banyak 20 peserta, dan 1 meja untuk pengawas UASBN;
4. Setiap meja diberi nomor peserta UASBN;
5. Setiap ruang UASBN disediakan denah tempat duduk peserta UASBN dan lak/segel;
6. Gambar atau alat peraga yang berkaitan dengan materi UASBN agar dikeluarkan dari ruang UASBN;
7. Tempat duduk peserta UASBN diatur sebagai berikut:
a. Jarak antara meja yang satu dengan yang lain disusun dengan mempertimbangkan jarak antara peserta yang satu dengan peserta yang lain minimal 1 meter;
b. Penempatan peserta UASBN disesuaikan dengan urutan nomor peserta UASBN.

D. Pengawasan Ruang UASBN
Pengawasan di setiap ruang UASBN dilakukan oleh 2 orang pengawas. Pengawas ruangan ditetapkan oleh penyelenggara UASBN Tingkat Kota. Pengawasan di MI Al Ikhlash dilaksanakan secara silang antar madrasah.

2.4.3 Persiapan UASBN di MI Al Ikhlash
Untuk menghadapi UASBN, MI Al Ikhlash melakukan persiapan, diantaranya:
- Melakukan sosialisasi kepada guru mengenai Permendiknas UASBN dan POS UASBN yang telah diterima dari penyelenggara UASBN Pusat.
- Melaksanakan sosialisasi pelaksanaan UASBN kepada siswa dan orangtua.
- Melakukan pendaftaran calon peserta UASBN (siswa kelas VI) dan mengirimkannya ke Penyelenggara UASBN Tingkat Pusat.
- Melakukan latihan pengisian Lembar Jawaban UASBN kepada siswa.
- Mengadakan uji coba UASBN dengan bahan kisi-kisi dari BSNP dan soal dibuat oleh sekolah se-wilayah (sepuluh sekolah, setiap satu sekolah membuat 1 set soal (Matematika, Bahasa Indonesia, IPA) yang dilaksanakan setiap minggunya selama sepuluh minggu sebelum UASBN berlangsung.
- Mengadakan les tambahan/ pemantapan setiap hari Minggu dari pukul 08.00 -10.00 dimulai dari semester genap.
- Mengadakan pembahasan soal-soal uji coba
   
Kendala yang Dihadapi dalam Persiapan UASBN di MI Al Ikhlash

  Dalam melakukan persiapan UASBN di sekolah, MI Al Ikhlash menemui beberapa kendala diantaranya:
• Kurangnya semangat belajar dari siswa untuk menghadapi UASBN
• Sulitnya siswa memecahkan soal matematika
• Kurangnya waktu untuk menambah materi pelajaran dikarenakan waktu sekolah pada sore hari.
• Siswa sering mengalami stres atau bahkan sakit karena terlalu 
• memikirkan ujian tersebut.

Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah:
1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar agar dapat lulus dengan nilai yang baik dan dapat meneruskan ke SMP favorit mereka.
2. Memberikan pelajaran tambahan pada hari Minggu.
3. Memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami stres.

 
Proses Observasi di MI Al Ikhlash
 Pada Senin, 16 Februari 2009, sekitar pukul 16.00 WIB Penulis datang ke MI Al Ikhlash setelah sebelumnya membuat janji dengan wali kelas VI, Bapak Sahudi. Setelah sampai disana penulis tidak langsung bertemu dengan guru kelas VI tersebut, namun penulis berkeliling sekolah untuk melihat kondisi sekolah. Untuk sekedar informasi, MI Al Ikhlash adalah sekolah dimana penulis menuntut pendidikan dasar disana. Penulis lulus dari sekolah tersebut sekitar 8 tahun yang lalu. Sekarang kondisi dari sekolah tersebut sudah mengalami banyak kemajuan. Gedung sekolahnya sudah dibangun menjadi 2 lantai. Penulis menjadi teringat 8 tahun yang lalu sewaktu masih bersekolah di MI Al Ikhlash. Lalu sekitar 15 menit kemudian, setelah berkeliling sekolah Penulis menemui guru kelas VI di ruang guru. Di ruang guru tersebut juga terdapat kepala sekolah, Bapak Mahyuddin, lalu penulis meminta izin kepada kepala sekolah ingin observasi mengenai pelaksanaan UASBN di MI Al Ikhlash. Penulis langsung diberikan beberapa data mengenai UASBN di MI Al Ikhlash. Penulis juga langsung melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan wali kelas VI tersebut. Setelah selesai wawancara penulis meminta izin untuk memfotocopy data-data tentang UASBN. Setelah selesai memfotocopy, penulis kembali lagi ke sekolah, ternyata sekolah sudah sepi karena jam sekolah telah usai. Penulis pun segera mengembalikan data dan pamit pulang. penulis sangat senang karena dapat kembali ke MI Al Ikhlash setelah sekian lama tak berkunjung kesana sehingga Penulis dapat bertemu dengan guru-guru Penulis yang sudah lama sekali tidak berjumpa dengan mereka. 

Temuan Saat Observasi

Pada tahun ajaran kemarin, 2007/2008, MI Al Ikhlash mempunyai seorang siswi kelas VI yang mengalami gangguan kesehatannya. Penyakitnya itu sudah ia derita sejak lama, namun penyakitnya bertambah parah saat ia duduk di kelas VI. Dalam satu bulan siswi tersebut hanya dapat hadir satu minggu saja itupun setiap ia masuk ke sekolah, ia sering kali pingsan sehingga ia harus selalu di bawa pulang setiap kali pingsan. Untuk beberapa bulan siswi tersebut tidak masuk sekolah sehingga ia tertinggal pelajaran. Padahal siswi tersebut tergolong siswi pintar yang selalu menduduki ranking 3 besar di kelasnya namun karena penyakit yang dideritanya prestasi belajarnya semakin menurun. Siswi tersebut tidak hadir ke sekolah sampai 3 bulan lamanya bahkan lebih. Sekolah hanya berharap siswi tersebut tetap masuk sekolah walaupun didampingi oleh orang tuanya. Siswi tersebut sempat mengalami depresi karena takut tidak dapat mengikuti UASBN dan tidak lulus sekolah dasar. Namun, guru kelas VI tetap memberi semangat pada anak itu. Orang tuanya pun tetap memberikan dukungan dengannya dengan mendatangkan guru private ke rumahnya. Siswi tersebut akhirny mau bersemangat belajar dan bersungguh-sungguh ingin lulus ujian walaupun keadaan kesehatannya tidak mendukung. Syukurnya pada saat hari H ujian siswi tersebut dapat mengikuti ujian dan dapat lulus dengan nilai yang baik walaupun ia tidak diterima di SMP negeri dambaannya. Setelah ujian siswi tersebut sempat pulih dan dapat mengikuti acara perpisahan ke Cibodas dengan sehat. Namun menurut kabar penyakitnya kembali kambuh saat memasuki sekolah barunya.
 
Pengalaman Penulis Saat Mengikuti Ujian Nasional

 Ujian Nasional adalah sesuatu, yang menurut Penulis, ujian yang cukup menegangkan dan menakutkan. Dulu sewaktu Penulis duduk di sekolah dasar tepatnya di MI Al Ikhlash jika mendengar kata EBTANAS adalah ujian yang cukup mengerikan. Penulis dapat berfikiran seperti itu karena dulu kabar yang beredar bahwa EBTANAS adalah ujian penentuan kelulusan yang soalnya dari pusat. Selain itu, angkatan Penulis adalah angkatan pertama dengan sistem komputerisasi. Angkatan sebelumnya masih dengan sistem manual yang jawabannya diperiksa oleh guru. Dengan sistem komputerisasi itulah yang membuat Penulis takut, yang Penulis takutkan adalah jawaban tidak masuk atau tidak terbaca oleh komputer. Persyaratan agar jawaban dapat terbaca pun banyak. Mulai dari lembar jawaban yang tidak boleh kotor, menghitamkan yang tidak boleh keluar garis lingkaran yang menurut penulis lingkaran itu terlalu kecil, tidak boleh menggunakan tatakan/ alas sembarangan, dan lain-lain. Selain dikarenakan soal yang susah yang Penulis takutkan melainkan memilih jawaban yang terlalu banyak aturan. Namun, dengan rasa syukur akhirnya Penulis dapat melewati rintangan itu dengan cukup baik.

 Lain lagi pengalaman Penulis mengikuti ujian di SMP, waktu itu Penulis melanjutkan sekolah di SMP Islam Assalaam Jakarta. Tiga bulan sebelum hari H, Penulis terserang penyakit gejala tifus sehingga Penulis harus istirahat total di rumah selama 2 minggu. Jika sewaktu SD Penulis menakutkan akan jawaban yang tidak masuk ke komputer, di SMP beda lagi, yang penulis takutkan adalah sistem standar nilai yang pada angkatan penulis adalah awal dari diberlakukannya sistem standar nilai yang waktu itu masih 3,0. Jadi jika tidak mencapai nilai standar tersebut, Penulis tidak dapat lulus SMP dan harus mengulang ujian tahun depan. Waktu itu Penulis selalu mengikuti program pengayaan dan remedial yang diselenggarakan oleh sekolah untuk persiapan menghadapi ujian nasional yang semakin dekat. Namun satu bulan sebelum hari ujian, Penulis terserang penyakit gejala tifus lagi, namun kali ini hanya 1 minggu karena Penulis tidak mau terlalu banyak tertinggal pelajaran sekolah. Namun syukurnya pada hari ujian Penulis dalam keadaan sehat wal afiat sehingga dapat mengikuti ujian nasional. Hari pertama adalah ujian matematika yang cukup sulit. Namun secara keseluruhan Penulis dapat melewati ujian tersebut dengan baik walaupun dalam pengerjaan soal ujiannya penulis sempat mengalami cegukan yang cukup mengganggu penulis dalam berfikir. Akhirnya penulis dapat lulus dari ujian tersebut dengan nilai yang menurut penulis tidak memuaskan, karena nilai matematika tidak mendapat nilai yang baik, namun Penulis masih bersyukur karena bisa lulus, sedikitnya ada 4 orang teman Penulis yang tidak lulus dari ujian tersebut, dan penulis pun mendengar kabar dari sekolah lain bahwa ada 40 orang tidak lulus ujian nasional dalam satu sekolah. Dan akhirnya, Alhamdulillah Penulis dapat diterima di SMA negeri favorit.
 Jika di SD dan SMP, Penulis selalu berfikir buruk tentang ujian nasional, di SMA pun Penulis masih berfikir bahwa ujian nasional adalah ujian yang paling mengerikan, padahal ujian SPMB jauh lebih sulit dari ujian nasional. Di SMA penulis menyelenggarakan try out (uji coba) ujian nasional hingga 30 kali. Pada try out awal, pelajaran bahasa Inggris penulis selalu mendapat nilai di bawah standar nilai kelulusan (4,25). Menurut penulis bagian tersulit adalah pada listening sesión. Pada awalnya saja penulis sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh kaset sehingga Penulis bingung memilih jawaban yang benar atau terkadang cenderung asal-asalan dalam menjawab soal. Apa yang terdengar di speaker, itu yang Penulis pilih. Hasilnya Penulis selalu mendapat nilai di bawah standar nilai kelulusan. Sehingga Penulis termasuk ke dalam siswa yang perlu mendapat pelajaran tambahan dalam pelajaran bahasa Inggris. Karena Penulis menyadari jika kemampuan bahasa Inggris kurang, maka Penulis mengikuti pelajaran tambahan tersebut setiap hari Jumat seusai pelajaran sekolah. Penulis menjadi selalu antusias mengikuti pelajaran Bahasa Inggris demi lulus ujian nasional. Setiap try out yang penulis jalani, Penulis selalu mengalami kenaikan nilai, walaupun tidak mendapat nilai yang bagus namun Penulis sudah merasa senang tidak mendapat nilai di bawah standar lagi dan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dalam persiapan mengikuti ujian nasional penulis lebih terfokus pada pelajaran Bahasa Inggris tersebut. Terlebih lagi guru Bahasa Inggris (Ibu Lumintan) yang mengajar sangat perhatian dan selalu memberi motivasi kepada Penulis agar selalu berusaha dan tidak menyerah sampai titik darah penghabisan. Penulis merasa Ujian Nasional adalah hari pertarungan dengan soal-soal yang harus di kalahkan dengan senjata apapun sehingga bisa memenangkan pertarungan tersebut.  
 Tiba saatnya, tanggal 16 April 2007, hari yang sangat ditunggu-tunggu siswa Kelas XII SMA se-Indonesia. Tiga hari pertarungan, 16-18 April 2007, yang sangat menentukan nasib lulus atau tidaknya siswa kelas XII . Segenap kekuatan telah dikumpulkan untuk siap bertarung menghadapi soal. Banyak di sekolah lain yang membeli jawaban soal dengan uang yang cukup mahal, namun Penulis sama sekali tidak tergoda untuk membeli jawaban seperti itu, cukup hanya kepada Allah Penulis memohon pertolongan. Tibalah hari ke-3 saat ujian Bahasa Inggris berlangsung. Ternyata soal bahasa Inggris jauh lebih mudah dibandingkan dengan soal try out yang selalu membuat Penulis pusing. Dan ternyata setelah 3 hari mengikuti ujian nasional tidak sesulit yang Penulis bayangkan. Semuanya dapat Penulis lalui dengan keberanian dan kekuatan serta percaya diri akan lulus dengan nilai yang baik. Akhirnya pengumuman kelulusan pun di umumkan melalui pos. Sekitar satu bulan kemudian tukang pos membawakan surat pengumuman kelulusan dan Penulis melihat bahwa Penulis lulus ujian nasional. Penulis sangat bersyukur memanjatkan puji syukur kehadirat Allah atas segala kebaikan-Nya. Penulis juga mendapat berita gembira bahwa nilai bahasa Inggris Penulis mencapai 9.00. dan penulis sangat senang karena perjuangan selama ini tidak sia-sia. Alhamdulillah..
 Setelah mengikuti tiga kali ujian nasional, SD, SMP dan SMA, Penulis mempunyai pandangan yang sama tentang Ujian Nasional yaitu Ujian Nasional (UN) adalah sesuatu yang menakutkan. Walaupun menurut pemerintah, UN adalah cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia namun menurut Penulis, UN bukan jalan keluar atas permasalahan pendidikan di Indonesia. Justru dengan hadirnya UN apalagi dengan stándar nilai yang cukup tinggi untuk Indonesia (yang sekarang mencapai 5,0) akan menghadirkan masalah-masalah baru seperti terdapat kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh kepala sekolah, oknum guru, atau oknum-oknum lain yang menjadi ‘tim sukses’ ujian nasional. Kejadian bocornya soal dan penjualan jawaban soal menjadi marak dan sudah tidak asing lagi. Kepala sekolah dan guru-guru sudah banyak yang berusaha dengan segala cara agar muridnya dapat lulus ujian nasional. Selain itu dengan sistem ujian nasional, hasil belajar 3 tahun hanya ditentukan pada 3 hari tersebut. Sangat tidak adil jika selama 3 hari tersebut siswa mengalami keadaan yang tidak sehat, maka hasilnya akan buruk walaupun dalam keseharian belajarnya siswa tersebut cenderung pintar. Ujian nasional juga membuat siswa hanya belajar sesuatu yang keluar pada ujian nasional. Sehingga pelajaran yang lain menjadi dianggap tidak terlalu penting dan di’anaktiri’kan dari pelajaran yang diujikan. Setiap hari hanya berlatih menjawab soal dan soal. Hal tersebut membuat siswa jenuh dan bosan dalam belajar sehingga siswa sering membolos pada pelajaran tersebut.
 Semoga pendidikan Indonesia cepat mendapat solusi yang tepat untuk memperbaiki sistem evaluasi pendidikan yang lebih baik lagi.
 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
UASBN adalah singkatan dari Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. UASBN adalah ujian nasional yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa. Tujuan dari UASBN yaitu menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam; dan mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu.
Pelaksanaan UASBN di MI Al Ikhlash sudah berjalan dengan baik. Ini terbukti pada tahun ajaran 2007/2008 dimana tahun pertama diberlakukannya UASBN, kelulusan di MI Al Ikhlash mencapai 100% itu dikarenakan persiapan yang matang dari pihak sekolah untuk menghadapi UASBN tersebut walaupun masih terdapat kendala dalam persiapan ujian tersebut.

3.2 Saran
Dalam persiapan menghadapi UASBN memang dibutuhkan persiapan yang matang agar dapat mencapai hasil yang baik. Namun sebaiknya dalam penambahan materi pelajaran tidak melupakan akan proses dari pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan. Dalam hal ini sepertinya sekolah lebih mementingkan pelajaran yang di-UASBN-kan saja seakan pelajaran yang lain dianggap tidak penting. Hal ini menyebabkan sekolah menjadi sesuatu yang membuat siswa jenuh belajar.
 
Daftar Pustaka
Ngadirin. Ujian Nasional (UN) Sebagai Isu Kritis Pendidikan  
Sarjono. UASBN Apa Pula Itu? 

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dilarang Keras Mengcopy atau memperbanyak laporan ini tanpa seizin penulis..

hehe :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write down your comment here / Tulis Komentar disini