18 Mei 2009

Evaluasi kurikulum


1. Definisi Evaluasi kurikulum

Pengertian Evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.

Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan bukti-bukti dan membuat penilaian apakah suatu kompetensi telah dicapai.

Evaluasi juga dimaksudkan apakah siswa dapat melaksanakan suatu pekarjaan yang telah ditetapkan sesuai dengan standart kemampuan yang ditetapkan.

Evaluasi menekankan pada usaha mencari jalan untuk perbaikan program atau kurikulum dari pada sekedar pengukuran prestasi anak didik saja (Schubert, 1986, hal. 2620).

Evaluasi pada dasarnya adalah penyediaan informasi untuk memperlancar proses pengambilan keputusan pada beberapa tingkat pengembangan kurikulum.Informasi ini mungkin berguna bagi program pengajaran secara keseluruhan itu hanya bermanfaat untuk beberapa komponen program itu.Evaluasi juga berarti seleksi kriteria, koleksi data dan analisis data (dalam miller dan seller, 1985, hal. 302).

Kata evaluasi dalam konsep evaluasi kurikulum didefinisikan sebagai kumpulan informasi dan penilaian dari berbagai macam sumber yang dipergunakan untuk membuat perencanaan, untuk memperbaiki sebuah program dan untuk mengetahui akontabilitas sebuah program (Direct program Evaluation 1983: 11).

Evaluasi, menurut Cronbach, secara garis besar merupakan kumpulan dan penggunaan informasi yang digunakan bagi (1) pengambilan keputusan mengenai program pendidikan, dan (2) perbaikan program kurikulum dan pengajaran.

Stufflebean melihat evaluasi sebagai proses pengambilan deskripsi dan penyediaan data yang berguna bagi penentuan alternative keputusan.

Evaluasi kurikulum merupakan dasar dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.Sehingga setelah evaluasi kurikulum selesai muncul model kurikulum perbaikan dari kurikulum sebelumnya atau bahkan model kurikulum terbaru.

Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.

Evaluasi kurikulum adalah untuk meningkatkan program yang sedang dilaksanakan ,sebagai alat untuk mengontrol kualitas dan juga sebagai dasar untuk membuat keputusan bagi program berikutnya.

Evaluasi kurikulum adalah sebagai suatu alat untuk mempertanggungjawabkan keberadaan dan hasil sebuah program pendidikan teknik kepada masyarakat.

Evaluasi kurikulum adalah proses memahami, mendapatkan dan mengumumkan informasi sebagai petunjuk pembuatan keputusan pendidikan dengan memperhatikan program yang tepat.

Scriven (dalam miller dan seller, 1985, hal. 299) evaluasi kurikulum di bagi 2:

Evaluasi formatif

Evaluasi mengenai kurikulum dan pengajaran itu sendiri.Evaluasi formatif, sesuai dengan namanya, merupakan bagian integral dari proses perencanaan kurikulum dan pengajaran, walaupun keputusan perbaikan program itu baru dapat dilaksanakan setelah program itu dilaksanakan berdasarkan umpan balik yang diterima melalui evaluasi sumatif.

Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif menilai efektifitas kurikulum dan pengajaran yang diimplementasikan sesuai dengan rencana.Fokus utama evaluasi sumatif ialah apa hasilnya terhadap belajar anak didik; evaluasi sumatif berkaitan dengan manfaat rencana kurikulum dan pengajaran itu sendiri(Saylor dan Alexander,1974, hal. 229).

1.b. Persamaan konsep evaluasi kurikulum

· Persamaan yang pertama, merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.

· Persamaan yang kedua, merupakan alat untuk menilai efektifitas kurikulum dan pengajaran yang diimplementasikan sesuai dengan rencana.

1.c. Perbedaan konsep evaluasi kurikulum

· Perbedaan Cronbach mengatakan bahwa evaluasi adalah pengumpulan data dan penggunaannya bagi pengambilan keputusan tentang program pendidikan. Sedangkan Stufflebean melihat evaluasi sebagai proses pengambilan deskripsi dan penyediaan data yang berguna bagi penentuan alternative keputusan.

· Evaluasi kurikulum merupakan dasar dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.Sehingga setelah evaluasi kurikulum selesai muncul model kurikulum perbaikan dari kurikulum sebelumnya atau bahkan model kurikulum terbaru.Sedangkan pendapat lain, Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.

· Evaluasi formatif merupakan Evaluasi mengenai kurikulum dan pengajaran itu sendiri.Evaluasi formatif, sesuai dengan namanya, merupakan bagian integral dari proses perencanaan kurikulum dan pengajaran, walaupun keputusan perbaikan program itu baru dapat dilaksanakan setelah program itu dilaksanakan berdasarkan umpan balik yang diterima melalui evaluasi sumatif.Sedangkan Evaluasi Sumatif merupakan Evaluasi sumatif menilai efektifitas kurikulum dan pengajaran yang diimplementasikan sesuai dengan rencana.Fokus utama evaluasi sumatif ialah apa hasilnya terhadap belajar anak didik; evaluasi sumatif berkaitan dengan manfaat rencana kurikulum dan pengajaran itu sendiri

2. a. Kurikulum yang dilaksanakan perlu di evaluasi Karena:

· Kurikulum sebagai program pendidikan atau program belajar untuk siswa, memerlukan penilaian sebagai bahan balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil Penilaian sangat bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam melakukan perubahan kurikulum, baik secara konseptual maupun struktural.

· Kurikulum dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau tidak setelah kurikulum itu diimplementasikan (Miller dan seller, 1985, hal. 299).

· Selain itu, evaluasi kurikulum dimaksud juga untuk mengetahui validitas tujuan atau sasran kurikulum itu sendiri, termasuk penilaian apakah kurikulum itu sesuai dengan tingkat kecerdasan pelajar atau anak didik tertentu , apakah mode intruksional yang dipakai yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, apakah materi yang direkomendasikan terbaik untuk mencapai tujuan kurikulum atau tujuan intruksional yang diinginkan (Saylor dan Alexander, 1974, hal. 298).

· Menurut Tyler, 1949, hal .105, kurikulum perlu di evaluasi karena penting untuk mencetak apakah semua program belajar yang direncanakan betul-betul berjalan baik untuk membimbing guru agar mencapai hasil yang diinginkan.

b.Ruang lingkup dan langkah-langkah evaluasi kurikulum:

· Ruang lingkup evaluasi kurikulum misalnya ruang lingkup evaluasi ini adalah untuk satu atau beberapa program dalam satu institusi atau mungkin hanya sebagian saja dari sebuah program.(Penentuan ruang lingkup tidak harus sesudah penentuan tujuan evaluasi tetapi dapat bersamaan atau bahkan sebelumnya).

· Kurikulum sebagai system dapat diidentifikasi; (a) masukan atau input program, (b) proses pelaksanaan program, (c) hasil atau output/outcome program, dan (d) dampak dari program. Dari sudut ini maka ruang lingkup atau objek dari evaluasi kurikulum adalah input,proses, output/outcome dan dampak.

I. Evaluasi terhadap input kurikulum mencakup evaluasi semua sumber daya yang dapat menunjang program pendidikan,seperti dana, sarana, tenaga, konteks social dan penilaian terhadap siswa sebelum menempuh program.

II. Evaluasi proses mencakup penilaian terhadap strategi pelaksanaan kurikulum mencakup proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi supervise, sarana intruksional, penilaian hasil belajar.

III. Evaluasi output/ outcome adalah penilaian terhadap lulusan pendidikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sesuai dengan program yang di tempuhnya.

IV. Evaluasi dampak kurikulum, artinya penilaian terhadap kemampuan lulusan dalam melaksakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai dengan profesi yang disandangnya. Lebih jauh dari itu menilai kompetensi lulusan dari sudut pribadi, profesi dan sebagai anggota masyarakat.

· Langkah –langkah Evaluasi kurikulum,ada 2 tahap,yaitu;

I. TAHAP PERSIAPAN

Tahap persiapan pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana penilaian harus dilakukan. Artinya, perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana yang diperlukan.Ada beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam tahap persiapan ini, yakni;

Ø Menyusun Term of reference (TOR) penilaian, sebagai rujukan pelaksanaan penilaian.Dalam TOR ini dijelaskan target dan sasaran penilaian, lingkup atau objek yang dinilai, organisasi yang menangani penilaian serta biaya pelaksanaan penilaian.

Ø Klasifikasi, artinya mengadakan penelaahan perangkat evaluasi seperti tujuan yang ingin dicapai, isi penilaian, strategi yang digunakan, sumber data, instrument dan jadwal penilaian.

Ø Ujicoba penilaian ( Try-out), yakni melaksanakan teknik dan prosedur penilaian di luar sample penilaian. Tujuan utama adalah untuk melihat keterandalan alat-alat penilaian dan melatih tenaga penilai termasuk logistiknya, agar kualitas data yang kelak diperoleh lebih meyakinkan.

II. TAHAP PELAKSANAAN

Setelah uji coba dilaksanakan dan perbaikan /penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen penelitian, langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini antara lain;

Ø Pengumpulan data di lapangan artinya melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah direncanakan.

Ø Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksana kurikulum dan kelompok sasaran kurikulum maupun data berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilai.

Ø Menyusun deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data informasi yang diperoleh dari hasil penilaian.

Ø Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum berdasarkan criteria tertentu yang telah ditentukan.judgment dapat menggunakan dua macam logika yakni logika vertical dan horizontal.

Ø Menyusun laporan hasil penilaian termasuk rekomendasi- rekomendasinya, implikasi pemecahan masalah dan tindakan korektif bagi para pengambil keputusan perbaikan/penyempurnaan kurikulum. Laporan hasil penilaian dibuat untuk konsumsi yang luas sehingga isi, sistematika,bahasa dan teknik laporan harus mudah dipahami dan mempunyai nilai praktis di lapangan, sehingga bisa dimanfaatkan oleh para pelaksana kurikulum.

Ø Pembahasn dan pengukuhan hasil- hasil penilaian dalam satu pertemuan khusus yang melibatkan tim penilai dengan pelaksana kurikulum, pengambilan keputusan dan mungkin dari unsure lain yang relevan, sangat diperlukan, sebelum hasil –hasil tersebut dimanfaatkan.

· Langkah –langkah evaluasi kurikulum,ada beberapa langkah dan proses evaluasi kurikulum. Proses evaluasi kurikulum yang digunakan Stufflebean dan kawan –kawan dianggap jelas dan terbaik dan banyak para ahli yang merekomendasikan proses ini. Langkah –langkah evaluasi itu terdiri dari tiga aspek utama: (1) Gambaran informasi yang dibutuhkan, (2) Cara memperoleh data, dan (3) Cara menyediakan data. Masing –masing dari ketiga aspek ini, dianalisis lebih lanjut secara lebih ditel. Secara pendek dapat diungkapkan proses dan langkah –langkah evaluasi sebagai berikut (liat Bagan).

c. Keterkaitan evaluasi kurikulum dengan akreditasi kurikulum program studi :

· Karena dari pengertian Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik. Dalam pengertian tersebut sudah jelas bahwa evaluasi kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikanyang dapat disebut juga akreditasi kurikulum program studi.

3a. Dalam pengembangan kurikulum diperlukan analisis kebutuhan, Karena :

· Suatu Pengembangan Kurikulum harus memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh anak didik. Jika tidak memperhatikan, Pengembangan kurikulum tidak akan bisa berkembang seperti yang di cita –citakan. Sehingga harus di sesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak didik.

· Selain berdasarkan anak didik, kebutuhan dan tuntutan masyarakat senantiasa selalu berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dipelajari hari ini mungkin tak dibutuhkan lagi di hari esok. Kecepatan perkembangan dan tuntutan masyarakat hamper tidak mungkin bisa diikuti oleh pendidikan, sebab hal yang mustahil bila kebutuhan masyarakat yang tiba –tiba berubah harus diikuti oleh perubahan kurikulum. Sehingga diperlukannya analisis kebutuhan.

b. Aspek-aspek yang dianalisis;cara dan langkah-langkahnya:

Secara rinci aspek –aspek yang dianalisis sebagai berikut :

· Tuntutan dunia kerja

Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

· Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.

Daerah memiliki keberagaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk mengali lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah.

· Kondisi social budaya masyarakat setempat

Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik social budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.

· Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

· Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

· Dinamika perkembangan global

Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.

· Persatuan Nasional dan nilai- nilai kebangsaan

Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

· agama

kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.

c. Pemanfaatan hasil analisis tersebut,bagi pengembang kurikulum :

Hasil analisis kebutuhan dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembang kurikulum sekolah atau luar sekolah yang terkait dengan paket program pendidikan. Bentuk pemanfaatan bahan-bahan tersebut di terapkan dalam penyusunan aspek-aspek kurikulum yang relevan dalam struktur organisasi kurikulum sebagai berikut :

Ø Bahan untuk penyusunan rasional dan justifikasi suatu kurikulum

Ø Bahan untuk menyusun deskripsi pekerjaan tertentu dan dalam rangka menganalisis tugas-tugas pekerjaan yang diperlukan

Ø Bahan untuk merumuskan jenis dan bentuk kemampuan yang hendak dikembangkan sehubungan dengan pekerjaan dan tugas- tugasnya.

Ø Bahan untuk merumuskan pengalamn belajar, kegiatan siswa, dan terkait dengan kegiatan guru.

Ø Bahan untuk merumskan tujuan kompetensi,baik yang umum maupun yang khusus.

Ø Bahan untuk menetapkan kriteria keberhasilan paket program

Ø Bahan untuk memperkaya isi dan struktur paket program pendidikan

Ø Bahan untuk menentukan secara rinci strategi belajar mengajar.

Ø Bahan untuk merancang teknik motivasi dan penetapan strategi kepemimpinan belajar bagi siswa.

Ø Bahan untuk menentukan pelaksaan paket program di lapangan.

Ø Bahan untuk merancang sistem dan prosedur penilaian hasil belajar siswa.

Ø Bahan untuk menentukan sistem perbaikan dan penyesuaian kurikulum.

Ø Bahan untuk merancang garis – garis besar program pengajaran sesuai dengan kurikulum yang sedang di kembangkan.

Pelaksanaan evaluasi kebutuhan dan pemanfaatannya dalam rangka pengembangan kurikulum dan program pendidikan meminta persyaratan yang cukup fundamental seperti kebersamaan di dalam masyarakat, keterbukaan dalam mengajukan pendapat dan kreativitas, keterpaduan antara lintas sektoral, kemandirian dalam bekerja dan pengadaan dana, dekonsentralisasi dalam pengamatan dan penguasaan wilayah dengan varitas ekonomi, sosialbudaya dan sosioekologi. Hal –hal tersebut perlu dijadikan sebagai kerangka acuan demi keberhasilan pelaksanaan evaluasi itu sendiri.

Sehingga analisis tersebut dilakukan oleh para pengembang kurikulum dengan melibatkan para pelaksana kurikulum disekolah. Dalam hal lain untuk keperluan analisis bisa menggunakan hasil-hasil monitoring pelaksanan kurikulum, sehingga bisa diperoleh gambaran empiric mengenai komponen-komponen yang ada. Selain itu juga dimanfaatkan bikan hanya sekedar untuk mengetahui baik tidaknya suatu kurikulum dalam upaya mengubah kurikulum, tetapi juga untuk mengetahui sarana, sumber, dan kemampuan para pelaksana, pembina kurikulum di sekolah. Hal yang kedua jauh lebih penting, sebab bagaimanapun baiknya kurikulum tanpa kemampuan para pelaksananya maka hasil pendidikan tidak akan optimal.

Bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada kuriulum ideal atau kurikulum yang termuat dalam buku kurikulum yang tidak baik. Mungkin ada yang kurang sempurna disebabkan ketidakcocokan dengan sarana dan kemampuan para pelaksananya. Oleh sebab itu sebelum dilakukan perubahan kurikulum ideal, sebaiknya dilakukan studi yang mendalam mengenai sarana, sumber-sumber yang dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum di lapangan. Misalnya, kemampuan para guru dan pelaksana pendidikan, buku pelajaran, peralatan sekolah, dan aspek penunjang lainnya. Dengan demikian dapat ditemukan gambaran penyeluruh mengenai kondisi objektif factor penunjang pelaksanan kurikulum sebagai bahan kajian untuk melihat dan menganalisis kurikulum ideal.

4. 4 pendekatan pengembangan kriteria yang dapat dilakukan dalam evaluasi kurikulum,perbedaan antara keempat pendekatan tersebut,dan contoh penggunaan evaluasi kurikulum untuk setiap pendekatan :

· Penilaian konteks

Ditujukan untuk menyajikan alasan-alasan sebagai dasaruntuk menentukan tujuan program, agar lebih feasible dengan kondisi dan situasi dimana program itu akan dilaksanakan.

· Penilaian masukan/ input

Ditujukan untuk memperoleh informasi dan menyajikan keterangan, yang dapat digunakan dasar dalam menentukan cara-cara memenfaatkan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu penilaian masukan umumnya mengidentifikasi berbagai kemampuan yang dimiliki oleh lembaga penanggung jawab program, strategi yang digunakan dalam melaksanakan program termasuk rencana untuk melaksanakan strategi tersebut.

· Penilaian proses

Bertujuan untuk; (a) mengetahui dan meramalkan kelemahan- kelemahan rencana dan pelaksanaannya, (b) memperoleh beberapa informasi berbagai kegiatan program sebagai bahan dalam mengambil keputusan seperti perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan program.

· Penilaian keluaran /output/hasil

Bertujuan untuk menentukan keberhasilan program dalam bentuk hasil yang dicapainya, baik setelah program berakhir maupun pada saat program berjalan. Dalam penilaian hasil termasuk juga dampak dari program/impact terhadap berbagai dimensi sesuai dengan tujuan program.

MACAM – MACAM PENDEKATAN

· Model meansurement

Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam sejarah penilaian dan telah banyak dikenal di dalam proses penilaian pendidikan.

i. Hakikat penilaian

Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan kegiatan pengukuran didalam proses penelitian. Pengukuran di pandang sebagai suatu kegiatan yang ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang persoalan termasuk didalamnya bidang pendidikan.

ii. Ruang lingkup penilaian

Yang dijadikan objek dari dari kegiatan penilaian dari model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.aspek tingkah laku siswa yang dinilai disini mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan, minat, sikap dan juga aspek-aspek kepribadian siswa.

iii. Pendekatan

Pendekatan yang juga ditempuh oleh model ini didalam menilai program pendidikan adalah membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program pengajaran yang berbeda sebagai variabel bebas. Dalam penilaian ini, kepada dua/ lebih kelompok tersebut diberikan tes yang sama kemudian untuk dianalisis perbedaan skor yang dicapai oleh kelompok – kelompok tadi(Choppin, 1976, h.210).

Dalam bagian yang lalu dikemukakan bahwa dalam penilaian program pendidikan sekolah, objek yang dinilai terutama adalah hasil belajar siswa yang penilaiannya dapat dilakukan melalui cara obyektif-kuantitatif dengan prosedur yang dapat distandarisasikan. Sehubungan dengan itu, alat penilaian yang lazim digunakan didalam model penilaian ini adalah tes tertulis atau paper-and-pencil-test. Secara lebih khusus lagi, untuk test yang biasanya digunakan adalah bentuk test obyektif yang soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, dan sebagainya. Sekalipun ada kritikan-kritikan mengenai penggunaan bentuk-bentuk tertentu dari test obyektif ini, misalnya bentuk benar-salah yang dianggap ‘lemah’, tokoh-tokoh dari model ini tetap sependapat bahwa bentuk benar-salah inipun masih dapat terus digunakan asal disusun secara baik.

· Model Congruence

Model yang kedua ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap model yang pertama, sekalipun dalam beberapa hal masih menunjukkan adanya persamaan dengan model pertama.

ada dua hal penting yang perlu dikemukakan mengenai pendekatan penilaian yang dianut oleh model yang kedua ini :

Pertama, berhubungan yang akan dinilai disini adalah perubahan tingkah laku siswa setelah menempuh suatu program pendidikan tertentu, perlu ada penilaian sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Dengan kata lain, model ini menyarankan digunakannya prosedur pre-and-nosstest untuk menilai hasil atau gainsing dicapai siswa sebagai akibat dari program pendidikan yang telah diikutinya.

Kedua, model ini tidak menyarankan dilaksanakannya apa yang disebut penilaian perbandingan untuk melihat sejauh mana kurikulum yang baru itu lebih efektif dari kurikulum yang ada. Bahkan, lebih jauh dari itu, model ini cenderung untuk tidak menyetujui diadakannya penilaian perbandingan ini. Karena itulah baik tyler maupun cronbach lrbih mengarahkan peranan penilaian menurut model yang kedua Tyler mengajukan 4 langkah pokok yaitu:

1) Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan mengajar

2) Menetapkan “test situation” yang diperlukan

3) Menyusun alat penilaian

4) Menggunakan hasil penelitian

Berhubungan setiap program pendidikan menyangkut berbagai tujuan yang ingin dicapai, akan lebih tepat bila hasil penilaian tidak dinyatakan dalam bentuk hasil keseluruhan test tapi dalam bentuk hasil bagian demi bagian dari test yang bersangkutan sehingga terlihat bagian-bagian mana dari program pendidikan yang masih perlu disempurnakan berhubungan belum berhasil mencapai tujuannya. Dari segi kepentingan siswa, pendekatan yang disebut terakhir ini juga akan memungkinkan diketahuinya bagian-bagian tertentu dari tujuan yang masih belum berhasil dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai dasar untuk mengadakan bimbingan yang lebih terarah.

· Model educational sistem evaluation

Model ini mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dengan kedua model yang pertama.

i. Hakikat penilaian

Model yang ketiga ini bertitik tolak dari pandangan bahwa keberhasilan dari suatu program pendidikan dipengaruhi oleh beberapa foktor ciri anak didik maupun lingkungan sekitarnya, tujuan program dan peralatan yang dipakai,serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Pandangan tersebut mempengaruhi konsep penilaian yang dikembangkan oleh aliran ini.

Sebagai kesimpulan, ada 4 hal yang perlu dikemukakan mengenai pandangan model yang ketiga ini tentang penilaian:

Pertama, penilaian itu ditujukan pada berbagai dimensi dari program yang sedang dikembangkan, tidak hanya dimensi hasilnya saja.

Kedua, proses penilaian itu mencakup perbandingan antara performance dan kriteria, baik kriteria yang sifatnya mutlak maupun relatif.

Ketiga, penilaian tidak hanya berakhir dengan satu deskripsi mengenai keadaan program yang bersangkutan tetapi juga menuntut adanya indgment sebagai kesimpulan dari hasil penilaian.

Keempat, hasil penilaian digunakan sebagai bahan atau input bagi pengambilan keputusan dalam rangka penyempurnaan program maupun [penyimpulan mengenai kebaikan program yang bersangkutan secara keseluruhan.

· Model Illuminative

Pendekatan yang ditempuh model ini dalam penilaian berbeda dari pa yang berlaku dalam penelitian ilmu pengetahuan alam. Dengan kata lain, model penilaian ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternative bagi apa yang disebut agricultural-botani paradigma, yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam eksperimen bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan dalam model ini, sebagaimana telah disinggung dalam bagian permulaan, lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan dalam bidang antropologi social, psikiatri dan jenis-jenis penelitian tertentu dibidang sosiologi.

Cara-cara yang digunakan dalam pendekatan ini tidak bersifat standar melainkan lebih bersifat fleksibel dan eklektif. Behubung situasi yang akan dinilai disini bersifat terbuka dan mengandung segala macam kemungkinan, maka tidak mungkin digunakan suatu cara yang standar. Ini berarti bahwa model yang digunakan dalam penilaian hendaknya model yang sifatnya responsive terhadap segala pekembangan yang dialami program selama proses penilaian berlangsung.

Sumber: http://toging.blogspot.com/2008/03/evaluasi-kurikulum.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write down your comment here / Tulis Komentar disini